Jumat, 20 April 2012

Helmintologi

CACING ( HELMINTOLOGI )

Helmintologi
Helminthologi medik merupakan suatu bidang ilmu tentang cacing yang berperan sebagai parasit. Jika ditinjau dari klasifikasi hewan, helmint termasuk salah satu golongan invertebrata yaitu hewan yang tak bertulang belakang.
Berdasarkan bentuknya helmint dibagi menjadi tiga filum yaitu :
1. Nemathelminthes (cacing yang memiliki bentuk bulat silindris), nematoda merupakan salah satu kelas dari filum nemathelminthes yang berperan sebagai parasit terhadap manusia, meliputi :

Nematoda Usus :
1. Ascaris lumbricoides
2. Toxocara canis dan Toxocara cati
3. Necator americanus dan Ancylostoma duodenale
4. Ancylostoma braziliense dan Ancylostoma caninum
5. Trichuris trichiura
6. Strongyloides stercoralis
7. Enterobius vermicularis / Oxyuris vermicularis
8. Trichinella spiralis


Nematoda jaringan yang termasuk filaria limfatik :
1. Wuchereria bancrofti
2. Brugia malayi
3. Brugia timori

Yang termasuk filaria non limfatik:
1. Loa-loa
2. Onchocerca volvulus

2. Platyhelminthes (cacing yang memiliki bentuk pipih), meliputi 2 kelas yang bersifat parasit, yaitu :
Pada kelas Trematoda, yang termasuk Trematoda Hati:
1. Clonorchis sinensis
2. Opistorchis felineus
3. Opistorchis viverini
4. Fasciola hepatica

Yang termasuk Trematoda Paru :
1. Parogonimus westremani

Yang termasuk Trematoda Usus :
1. Keluarga Fasciolidae
2. Keluarga Echinostomatidae
3. Keluarga Heterophydae

Yang termasuk Termatoda Darah :
1. Schistosoma haematobium
2. Schistosoma japonicum
3. Schistosoma mansoni


Berikut adalah termasuk kelas Cestoda :
1. Diphyllobothrium latum
2. Hymenolepis nana
3. Echinococus granulosus
4. E. Multiculoris
5. Taenia saginata
6. Taenia solium

3. Annelida (cacing berbentuk bulat silindris dan bersegmen), tidak menyebabkan penyakit, hidup bebas di dalam tanah biasanya sangat berperan dalam membantu menyuburkan tanah.

Secara umum Helmint memiliki ciri sebagai berikut :
a. berbentuk bulat silindris, pipih seperti pita atau pipih seperti daun
b. bersifat simetris bilateral
c. sudah memiliki system organ yang terpisah walaupun masih sederhana, kecuali system pernafasan
d. alat kelamin sudah terpisah namun sebagian masih ada yang bersifat hermafrodit
e. bagian luar tubuh dilindungi oleh lapisan kutikula yang merupakan turunan dari epidermis.








1. NEMATHELMINTHES
Nemathelminthes adalah dalam bahasa yunani, nema = benang, helminthes = cacing) disebut sebagai cacing gilig karan tubuhnya berbentuk bulat panjang atau seperti benang.Berbeda dengan Platyhelminthes yang belum memiliki rongga tubuh, Nemathelminthes sudah memiliki rongga tubuh meskipun bukan rongga tubuh sejati.Oleh karena memiliki rongga tubuh semu, Nemathelminthes disebut sebagai hewan Pseudoselomata.
A. Ciri tubuh
Ciri tubuh Nemathelminthes meliputi ukuran, bentuk, struktur, dan fungsi tubuh.
B. Ukuran dan bentuk tubuh
Ukuran tubuh Nemathelminthes umunya mikroskopis, meskipun ada yang panjang nya sampai 1 meter.Individu betina berukuran lebih besar daripada individu jantan.Tubuh berbentuk bulat panjang atau seperti benang dengan ujung-ujung yang meruncing.
C. Struktur dan fungsi tubuh
Permukaan tubuh Nemathelminthes dilapisi kutikula untuk melindungi diri.Kutikula ini lebih kuat pada cacing parasit yang hidup di inang daripada yang hidup bebas.Kutikula berfungsi untuk melindungi dari dari enzim pencernaan inang.
Nemathelminthes memiliki sistem percenaan yang lengkap terdiri dari mulut, faring, usus, dan anus.Mulut terdapat pada ujung anterior, sedangkan anus terdapat pada ujung posterior.Beberapa Nemathelminthes memiliki kait pada mulutnya.
Nemathelminthes tidak memiliki pembuluh darah. Makanan diedarkan keseluruh tubuh melalui cairan pada pseudoselom.
Nemathelminthes tidak memiliki sistem respirasi, pernapasan dilakukan secara difusi melalui permukaan tubuh.Organ reproduksi jantan dan betina terpisah dalam individu berbeda.

D. Cara hidup dan habitat
Nemathelminthes hidup bebas atau parasit pada manusia, hewan, dan tumbuhan.Nemathelminthes yang hidup bebas berperan sebagai pengurai sampah organik, sedangkan yang parasit memperoleh makanan berupa sari makanan dan darah dari tubuh inangnya.Habitat cacing ini berada di tanah becek dan di dasar perairan tawar atau laut.Nemathelminthes parasit hidup dalam inangnya.
E. Reproduksi
Nemathelminthes umumnya melakukan reproduksi secara seksual.Sistem reproduksi bersifat gonokoris, yaitu organ kelamin jantan dan betina terpisah pada individu yang berbeda.Fertilisasi terjadi secara internal.Telur hasil fertilisasi dapat membentuk kista dan kista dapat bertahan hidup pada lingkungan yang tidak menguntungkan.
Pokok bahasan
1. Ciri-ciri Nemathelminthes
2. Ciri tubuh Nemathelminthes
3. Cara Hidup dan Habitat Nemathelminthes
4. Reproduksi Nemathelminthes
5. Klasifikasi Nemathelminthes


Ciri-Ciri Nemathelminthes
1. Merupakan hewan multiseluler avertebrata
2. Hidup parasit di dalam tubuh makhluk hidup lain, dan ada juga yang hidup bebas
3. Merupakan hewan Triploblasik Pseudoselomata
4. Tubuhnya simetri Bilateral
5. Tubuh dilapisi kutikula yang berfungsi untuk melindung diri
6. Memiliki sistem pencernaan
7. Tidak memiliki pembuluh darah dan sistem respirasi
8. Organ reproduksi jantan dan betina terpisah dalam individu yang berbeda
9. Reprduksi secara seksual
10. Telurnya dapat membentuk kista.
Ciri tubuh
Nemathelminthes pada umumnya memiliki ukuran tubuh yang mikroskopis, namun ada juga yang mencapai panjang 1 meter. Individu betina memiliki ukuran lebih besar daripada individu jantannya. Permukaan tubuh Nemathelminthes dilapisi oleh Kutikula. Kutikula itu sendiri berfungsi sebagai pelindung Nemathelminthes dalam menghadapi enzim-enzim pencernaan di dalam tubuh inangnya. Nemathelminthes sudah memiliki alat pencernaan yang lengkap mulai dari mulut, faring, usus, dan anus. Mulut nemathelminthes berada di bagian depan (anterior), sedangkan anus berada di ujung belakang (posterior).
Nemathelminthes tidak memiliki sistem peredaran darah jadi sari sari makanan diedarkan melalui cairan pada pseudoselom. Nemathelminthes tidak memiliki sistem respirasi. Jadi dia bernafas secara difusi melalui permukaan tubuh. Organ reproduksi jantan dan betina terpisah dalam individu yang berbeda.





struktur tubuh Nemathelminthes betina
Cara Hidup dan Habitat Nemathelminthes
Nemathelminthes hidup bebas ataupun parasit. Nemathelminthes yang hidup bebas berperan dalam penguraian sampah organik. Sedangkan yang hidup secara parasit, dia mengambil makanan dari sari makanan atau darah inangnya.
Nemathelminthes yang hidup bebas terdapat di tanah becek di dasar perairan tawar atau laut. Sedangkan Nemathelminthes yang hidup parasit hidup di dalam tubuh makhluk hidup. Hampir seluruh hewan merupakan habitan bagi si Nemathelminthes.


Reproduksi Nemathelminthes
Nemathelminthes melakukan reproduksi secara seksual yang bersifat gonokoris. Gonokoris yaitu organ kelamin jantan dan betina terpisah di individu yang berbeda. Proses pembuahan (fertilisasi) terjadi secara internal. Fertilisasi dapat menghasilkan lebih dari seratus ribu telur per hari. Telur dapat membentuk kista. Kista ini dapat bertahan hidup di tempat yang tidak menguntungkan.

2. PLATYHELMINTHES
Platyhelminthes (dalam bahasa yunani, platy = pipih, helminthes = cacing) atau cacing pipih adalah kelompok hewan yang struktur tubuhnya sedah lebih maju dibandingkan porifera dan Coelenterata.Tubuh Platyhelminthes memiliki tiga lapisan sel (triploblastik), yaitu ekstoderm, mesoderm, dan endoderm.
A. Ciri tubuh
Ciri tubuh Platyhelminthes meliputi ukuran, bentuk, struktur, dan fungsi tubuh.

B. Ukuran dan bentuk tubuh
Platyhelminthes memiliki ukuran tubuh beragam, dari yang berukuran hampir microskopis hingga yang panjangnya 20 cm.Tubuh Platyhelminthes simetris bilateral dengan bentuk pipih.Diantara hewan simetris bilateral, Platyhelminthes memiliki tubuh yang paling sederhana.
C. Struktur dan fungsi tubuh
Platyhelminthes tidak memiliki rongga tubuh (selom) sehingga disebut hewan aselomata.Sistem pencernaan terdiri dari mulut, faring, dan usus (tanpa anus).Usus bercabang-cabang ke seluruh tubuhnya.Platyhelminthes tidak memiliki sistem peredaran darah (sirkulasi).Platyhelminthes juga tidak memiliki sistem respirasi dan eksresi.Pernapasan dilakukan secara difusi oleh seluruh sel tubuhnya.Proses ini terjadi karena tubuhnya yang pipih.Sistem eksresi pada kelompok Platyhelminthes tertentu berfungsi untuk menjaga kadar air dalam tubuh.
Kelompok Platyhelminthes tertentu memiliki sistem saraf tangga tali.Sistem saraf tangga taki terdiri dari sepasang simpul saraf (ganglia) dengan sepasang tali saraf yang memanjang dan bercabang-cabang melintang seperti tangga.Organ reproduksi jantan (testis) dan organ betina (Ovarium).Platyhelminthes terdapat dalam satu individu sehingga disebut hewan hemafrodit.Alat reproduksi terdapat pada bagian ventral tubuh.
D. Cara hidup dan habitat
Platyhelminthes ada yang hidup bebas maupun parasit.Platyhelminthes yang hidup bebas memakan hewan-hewan dan tumbuhan kecil atau zat organik lainnya seperti sisa organisme.Platyhelminthes parasit hidup pada jaringan atau cairan tubuh inangnya.Habitat Platyhelminthes yang hidup bebas adalah di air tawar, laut, dan tempat-tempat yang lembap.Platyhelminthes yang parasit hidup di dalam tubuh inangnya (endoparasit) pada siput air, sapi, babi, atau manusia.
E. Reproduksi
Reproduksi Platyhelminthes dilakukan secara seksual dan aseksual.Pada reproduksi seksual akan menghasilkan gamet.Fertilisasi ovum oleh sperma terjadi di dalam tubuh (internal).Fertilisasi dapat dilakukan sendiri ataupun dengan pasangan lain.Reproduksi aseksual tidak dilakukan oleh semua Platyhelminthes.Kelompok Platyhelminthes tertentu dapat melakukan reproduksi aseksual dengan cara membelah diri (fragmentasi), kemudian regenerasi potongan tubuh tersebut menjadi individu baru.






3.ANNELIDA
Annelida adalah filum luas yang terdiri dari cacing bersegmen, dengan sekitar 15.000 spesies modern, antara lain cacing tanah dan lintah. Filum ini ditemukan di sebagian besar lingkungan basah, seperti air tawar dan di laut. Panjang anggotanya mulai dari di bawah satu milimeter sampai tiga meter. Filum ini dikelompokkan menjadi tiga kelas yaitu Polychaeta, Oligochaeta, dan Hirudenia.








Gbr. Struktur tubuh Annelida
TERBAGI MENJADI 3 KELAS (berdasarkan keadaan rambut di permukaan tubuh), yaitu :
POLYCHAETA Habitatnya di lautan, tubuhnya terdiri dari banyak rambut  (poly = banyak, chaeta = rambut/bulu).Contoh cacing tersebut adalah : Nereis viren, Eunice viridis (cacing wawo) dan Lysidice oele (cacing palolo). Dua jenis terakhir sering dikonsumsi oleh orang-orang di Kepulauan maluku.


OLIGOCHAETA Habitatnya di tanah, memiliki sedikit rambut (oligo = sedikit, chaeta = rambut/bulu). Contoh cacing tersebut adalah : Lumbricus terestris dan Pheretima sp. (keduanya disebut cacing tanah).Mempunyai organ KIitellum yang berisi semua kelenjar, termasuk kelenjar kelamin.Pernafasan dilakukan oleh pemukaan tubuhnya.Makanan diedarkan ke seluruh tubuh dengan sistem peredaran darah.

Contoh lain  Moniligaster houtenii (endemik di Sumatera).
HIRUDINAE Tidak memiliki rambut (chaeta) tetapi menghasilkan zat antikoagulasi (anti pembekuan darah) yang dinarnakan
Hirudin.
Contoh cacing tersebut adalah:
Hirudo medicinalis (lintah)
Hirudin dari lintah sering digunakan dokter-dokter dahulu untuk mengeluarkan darah dan nanah dari bisul.
Hirudinaria javanica (lintah kuning)
Haemadipsa zeylanica /pacet)
2. Annelida (dalam bahasa latin, annulus = cincin) atau cacing gelang adalah kelompok cacing dengan tubuh bersegmen.
Berbeda dengan Platyhelminthes dan Nemathelminthes, Annelida merupakan hewan tripoblastik yang sudah memiliki rongga tubuh sejati (hewan selomata).Namun Annelida merupakan hewan yang struktur tubuhnya paling sederhana.
A. Ciri tubuh
Ciri tubuh annelida meliputi ukuran, bentuk, struktur, dan fungsi tubuh.
B. Ukuran dan bentuk tubuh
Annelida memiliki panjang tubuh sekitar 1 mm hingga 3 m.Contoh annelida yang panjangnya 3 m adalah cacing tanah Australia.Bentuk tubuhnya simetris bilateral dan bersegmen menyerupai cincin.
C. Struktur dan fungsi tubuh
Annelida memiliki segmen di bagian luar dan dalam tubuhnya.Antara satu segmen dengan segmen lainya terdapat sekat yang disebut septa.Pembuluh darah, sistem ekskresi, dan sistem saraf di antara satu segmen dengan segmen lainnya saling berhubungan menembus septa.Rongga tubuh Annelida berisi cairan yang berperan dalam pergerakkan annelida dan sekaligus melibatkan kontraksi otot.Ototnya terdiri dari otot melingkar (sirkuler) dan otot memanjang (longitudinal).
Sistem pencernaan annelida sudah lengkap, terdiri dari mulut, faring, esofagus (kerongkongan), usus, dan anus.Cacing ini sudah memiliki pembuluh darah sehingga memiliki sistem peredaran darah tertutup.Darahnya mengandung hemoglobin, sehingga berwarna merah.Pembuluh darah yang melingkari esofagus berfungsi memompa darah ke seluruh tubuh.
Sistem saraf annelida adalah sistem saraf tangga tali.Ganglia otak terletak di depan faring pada anterior.Ekskresi dilakukan oleh organ ekskresi yang terdiri dari nefridia, nefrostom, dan nefrotor.Nefridia ( tunggal – nefridium ) merupaka organ ekskresi yang terdiri dari saluran.Nefrostom merupakan corong bersilia dalam tubuh.Nefrotor merupaka npori permukaan tubuh tempat kotoran keluar.Terdapat sepasang organ ekskresi tiap segmen tubuhnya.
D. Cara hidup dan habitat
Sebagian besar annelida hidup dengan bebas dan ada sebagian yang parasit dengan menempel pada vertebrata, termasuk manusia.Habitat annelida umumnya berada di dasar laut dan perairan tawar, dan juga ada yang segaian hidup di tanah atau tempat-tempat lembap.Annelida hidup diberbagai tempat dengan membuat liang sendiri.
E. Reproduksi
Annelida umumnya bereproduksi secara seksual dengan pembantukan gamet.Namun ada juga yang bereproduksi secara fregmentasi, yang kemudian beregenerasi.Organ seksual annelida ada yang menjadi satu dengan individu (hermafrodit) dan ada yang terpisah pada individu lain (gonokoris).
F. Klasifikasi
Annelida dibagi menjadi tiga kelas, yaitu Polychaeta (cacing berambut banyak), Oligochaeta (cacing berambut sedikit), dan Hirudinea.
Polychaeta

polychaeta
Polychaeta (dalam bahasa yunani, poly = banyak, chaetae = rambut kaku) merupakan annelida berambut banyak.Tubuh Polychaeta dibedakan menjadi daerah kepala (prostomium) dengan mata, antena, dan sensor palpus.Polychaeta memiliki sepasang struktur seperti dayung yang disebut parapodia (tunggal = parapodium) pada setiap segmen tubuhnya.Fungsi parapodia adalah sebagai alat gerak dan mengandung pembuluh darah halus sehingga dapat berfungsi juga seperti insang untuk bernapas.Setiap parapodium memiliki rambut kaku yang disebut seta yang tersusun dari kitin.
Contoh Polychaeta yang sesil adalah cacing kipas (Sabellastarte indica) yang berwarna cerah.Sedangkan yang bergerak bebas adalah Nereis virens, Marphysa sanguinea, Eunice viridis(cacing palolo), dan Lysidice oele(cacing wawo).
Oligochaeta

cacing-tanah

Oligochaeta (dalam bahasa yunani, oligo = sedikit, chaetae = rambut kaku) yang merupakan annelida berambut sedikit.Oligochaeta tidak memiliki parapodia, namun memiliki seta pada tubuhnya yang bersegmen.Contoh Oligochaeta yang paling terkenal adalah cacing tanah.Jenis cacing tanah antara lain adalah cacing tanah Amerika (Lumbricus terrestris), cacing tanah Asia (Pheretima), cacing merah (Tubifex), dan cacing tanah raksasa Australia (Digaster longmani).Cacing ini memakan oarganisme hidup yang ada di dalam tanah dengan cara menggali tanah.Kemampuannya yang dapat menggali bermanfaat dalam menggemburkan tanah.Manfaat lain dari cacing ini adalah digunakan untuk bahan kosmetik, obat, dan campuran makan berprotein tinggi bagi hewan ternak.
Hirudinea
Hirudinea merupakan kelas annelida yang jenisnya sedikit.Hewan ini tidak memiliki arapodium maupun seta pada segmen tubuhnya.Panjang Hirudinea bervariasi dari 1 – 30 cm.Tubuhnya pipih dengan ujung anterior dan posterior yang meruncing.
Pada anterior dan posterior terdapat alat pengisap yang digunakan untuk menempel dan bergerak.Sebagian besar Hirudinea adalah hewan ektoparasit pada permukaan tubuh inangnya.Inangnya adalah vertebrata dan termasuk manusia.Hirudinea parasit hidup denga mengisap darah inangnya, sedangkan Hirudinea bebas hidup dengan memangsa invertebrata kecil seperti siput.Contoh Hirudinea parasit adalah Haemadipsa (pacet) dan hirudo (lintah).
Saat merobek atau membuat lubang, lintah mengeluarkan zat anestetik (penghilang sakit), sehingga korbannya tidak akan menyadari adanya gigitan.Setelah ada lubang, lintah akan mengeluarkan zat anti pembekuan darah yaitu hirudin.Dengan zat tersebut lintah dapat mengisap darah sebanyak mungkin.







CACING dan PENYAKIT KARENA CACING
A. Nematoda
Nematoda (cacing bulat) mempunyai bebtuk bulat panjang dan tidak bersegmen. Mempunyai jenis kelamin jantan dan betina. Cacing jantan lebih kecil daripada yang betina dan melengkung kearah ventral. Ukurannya bervariasi dari beberapa milimeter (misalnya trychinella spiralis) sampai 35 (tiga puluh lima)cm (misalnya ascaris lumbricoides) bahkan ada yang mendekati 1meter (misalnya dracunculus medinensis ). Bentuk telurnya bermacam-macam bergantung jenis cacingnya
a. Nematoda intestinal
Siklus hidup nematoda intestinal dapat di bagi dalam tiga golongan yaitu: tipe langsung, modifikasi dari tipe langsung, dan penetrasi kulit.
1. Tipe langsung
Dalam hal ini cacing dewasa langsung tumbuh dari telur cacing begitu sampai di dalam tractus intestinalis. Misalnya, trychuris trichiura dan enterobius vermicularis.
2. Modifikasi dari tipe langsung
Telur cacing yang berembrio yang masuk kedalam intestinum menetas menjadi larva. Larva ini menembus dinding intestinum, masuk kedalam aliran darah. Di dalam paru-Paru larva akan keluar dari sistem kapiler, naik ke trachea, kemudian masuk ke oesophagus, tertelan ke lambung terus ke intestinum dan menjadi cacing dewasa, misalnya ascaris lumbrecoides.
3. Tipe penetrasi kulit
Telur yang berasal dari feces penderita, pada tanah yang basah akan menetas menjadi bentuk rhabditia yang setelah beberapa waktu tumbuh menjadi bentuk filaria. Bentuk filaria ini dapat menembus kulit yang utuh, kemudian masuk kedalam aliran darah sampai kapiler paru-paru. Kemudian, keluar dari kapiler paru-paru naik ke trachea, pindah ke oesophagus tertelan untuk akhirnya sampai di intestinum untuk menjadi dewasa. Misalnya ancylostoma duodenale.
1.1 Nematoda Usus
I. Ascaris lumbricoides (cacing perut)

ascaris2
Cacing ini hidup di dalam usus halus manusia sehingga sering kali disebut cacing perut.Ascaris lumbricoides merupakan hewan dioseus, yaitu hewan dengan jenis kelamin berbeda, bukan hemafrodit.Ascaris lumbricoides hanya berkembang biak secara seksual.Ascaris lumbricoides jantan memiliki sepasang alat berbentuk kait yang menyembul dari anus disebut spikula.Spikula berfungsi untuk membuka pori kelamin cacing bretina dan memindahkan sperma saat kawin.
Infeksi cacing ini menyebabkan penyakit askariasis atau cacingan, umumnya pada anak-anak.Infeksi ini terjadi pada saat mengkonsumsi makanan tau minuman yang tercemar telur ascaris.
II. Ancylostoma duodenale (cacing tambang)
Cacing ini dinamakan cacing tambang karena ditemukan di pertambangan daerah tropis.Cacing tambang dapat hidup sebagai parasit dengan menyerap darah dan cairan tubuh pada usus halus manusia.Cacing ini memiliki ukuran tubuh yang lebih kecil dari cacing perut.Cacing tambang Ancylostoma memiliki ujung anterior melengkung membentuk kapsul mulut dengan 1 -4 pasang kait kitin atau gigi pada sisi ventralnya.Kait kitin berfungsi untuk menempel pada usus inangnnya.Pada ujung posterior cacing tambang jantan terdapat bursa kopulasi.Alat ini digunakan untuk menangkap dan memegang cacing betina saat kawin.Cacing betina memiliki vulva (organ kelamin luar) yang terdapat didekat bagian tengah tubuhnya.
III. Toxocara Canis Toxocara Cati
Daur Hidup (Siklus Hidup)
Siklus hidup Toxocara canis dan Toxocara cati pada anjing atau kucing serupa dengan siklus askariasis pada manusia.
Siklus hidup Toxocara cati
Sebagian besar cacing gelang mempunyai siklus hidup yang mirip. Kebanyakan telur cacing menetas dalam waktu dua minggu. Obat cacing membasmi cacing dengan cara merusak sistem syaraf cacing. Obat cacing tidak bisa membasmi telur cacing karena telur tidak mempunyai sistem syaraf. Oleh karena itu pemberian obat cacing harus diulang 2 minggu kemudian agar cacing yang berasal dari telur yang baru menetas dapat segera dibasmi dengan tuntas.
Cacing Toxocara canis, hidup di tanah, lumpur, pasir dan tempat-tempat kotor. Varian lain diantaranya: Toxocara cati, Toxocara vitulorum, Toxocara pteropodis, Toxocara malayasiensis dll. Cacing ini daur hidupnya terutama melalui anjing, kucing dan dilaporkan bisa melalui herbivora.
Epidemiologi
a. Di Indonesia angka prevalensi tinggi terjadi pada anak-anak yang berusia antara 1-7 tahun, di Jakarta prevalensi pada anjing 38,3% dan pada kucing 26 %.
b. Mereka lebih sering menghabiskan waktu bermainnya di rerumputan, duduk di pasir, yang merupakan tempat dimana cacing jenis ini berada.
c. Pada remaja, biasanya terjadi pada mereka yang memiliki kegiatan yang aktif, misalnya, silat (berguling-guling di rerumputan, tanah, dsb), ataupun kegiatan yang berhubungan dengan tanah atau lapangan kotor.
d. Pada usia dewasa juga bisa terjadi pada mereka yang melakukan kegiatan kerja bakti membersihkan parit, halaman, pengangkut pasir, dsb.
e. Tanah, lapangan, rumput yang terkontaminasi oleh cacing ini sangat mendukung cacing jenis ini untuk tinggal dan berkembang biak.


Hospes
Hospes atau inang dari cacing Toxocara adalah anjing (T. canis) dan kucing (T. cati). Pada manusia, cacing ini dapat hidup sebagai parasit dan disebut parasit pengembara, menyebabkan penyakit yang disebut visceral larva migrans (pengembaraan larva di jaringan tubuh). Penyakit ini bersifat kosmopolit, ditemukan juga di Indonesia.
Untuk anjing dan kucing terinfeksi melalui migrasi transplacenta dan migrasi trans mammaria. Telur cacing dapat ditemukan pada kotoran pada saat anak anjing dan anak kucing sudah berusia 3 minggu. Infeksi pada anjing betina bisa berakhir dengan sendirinya atau tetap (dormant) pada saat anjing menjadi dewasa. Pada saat anjing bunting larva T. canis menjadi aktif dan menginfeksi fetus melalui placenta dan menginfeksi anak mereka yang baru lahir melalui susu mereka.
Pada kucing, kucing jantan dan kucing betina sama-sama rentan terhadap infeksi, tidak ada perbedaan nyata; namun kucing dewasa lebih rentan daripada kucing yang lebih muda.

Nama Penyakit

Toksokariasis (Visceral Larva Migrans) adalah suatu infeksi yang terjadi akibat penyerbuan larva cacing gelang ke organ tubuh manusia. Toksokariosis bisa disebabkan oleh Toxocara canis ataupun Toxocara cati.
Telur parasit berkembang di dalam tanah yang terkontaminasi oleh kotoran anjing dan kucing yang terinfeksi . Telur bisa ditularkan secara langsung ke dalam mulut jika anak-anak bermain di atas tanah tersebut.
Setelah tertelan, telur menetas di dalam usus. Larva menembus dinding usus dan menyebar melalui pembuluh darah. Hampir setiap jaringan tubuh bisa terkena , terutama otak, mata, hati, paru-paru, dan jantung. Larva bertahan hidup selama beebrapa bulan, menyebabkan kerusakan dengan cara berpindah ke dalam jaringan dan menimbulkan peradangan di sekitarnya.


IV. Enterobius (Oxyuris) vermicularis
Enterobius (Oxyuris) vermicularis (cacing kremi)
Penyakit : Enterobiasis / oksiuriasis
Hospes : Manusia
Habitat : Di rongga sekum dan usus halus serta usus besar
yang berdekatan dengan sekum, makanannya
usus halus

Morfologi :
a. cacing betina berukuran 8-13 mm x 0,4mm, pada ujung anterior ada penebalan kutikulum seperti sayap (alae)
b. cacing jantan 2-5 mm mempunyai sayap dekornya melingkar, bentuknya seperti tanda tanya (?)










SIKLUS HIDUP

Cacing dewasa hidup di sekum, usus besar dan di usus halus yang berdekatan dengan sekum. Mereka memakan isi usus penderitanya.Perkawinan (atau persetubuhan) cacing jantan dan betina kemungkinan terjadi di sekum. Cacing jantan mati setelah kawin dan cacing betina mati setelah bertelur. Cacing betina yang mengandung 11.000-15.000 butir telur akan bermigrasi ke daerah sekitar anal (perianal) untuk bertelur. Migrasi ini berlangsung 15 – 40 hari setelah infeksi. Telur akan matang dalam waktu sekitar 6 jam setelah dikeluarkan, pada suhu tubuh. Dalam keadaan lembab telur dapat hidup sampai 13 hari.


Patologi dan gejala klinis
a. Iritasi di sekitar anus, perienum dan vagina oleh cacing betina gravid yang bermigrasi ke daerah anus dan vagina sehingga menyebabkan pruritus local
b. kurang nafsu makan, berat badan turun, aktivitas meninggi, enuresis, cepat marah, gigi menggeretak, insomnia, dan mastrubasi,tetapi kadang sulit untuk membuktikan sebab cacing kremi.

Pengobatan
 Obat piperazin dosis tunggal 3-4 gram(dewasa) atau 25mg/kg berat badan (anak-anak) diminum dengan segelas air pada pagi hari sehingga obat sampai di sekum dan kolon.
 pirantel pamoat dosis 10 mg/ kg berat badan
 mebendazol dosis tunggal 100 mg
 albendazol dosis tunggal 400 mg
Pencegahan dengan kebersihan lingkungan dan selalu cuci tangan sebelum makan
Pencegahan
1. Mencuci tangan sebelum makan dan setelah buang air besar
2. Memotong kuku dan menjaga kebersihan kuku
3. Mencuci seprei minimal 2 kali/minggu
4. Mencuci jamban setiap hari
5. Menghindari penggarukan daerah anus karena bisa mencemari jari-jari tangan dan setiap benda yang dipegang/disentuhnya
6. Menjauhkan tangan dan jari tangan dari hidung dan mulut
Infeksi dan penularan
1. Penularan dari tangan ke mulut (hand to mouth), setelah anak – anak menggaruk daerah sekitar anus oleh karena rasa gatal, kemudian mereka memasukkan tangan atau jari – jarinya ke dalam mulut. Kerap juga terjadi, sesudah menggaruk daerah perianal mereka menyebarkan telur kepada orang lain maupun kepada diri sendiri karena memegang benda-benda maupun pakaian yang terkontaminasi.
2. Debu merupakan sumber infeksi oleh karena mudah diterbangkan oleh angin sehingga telur yang ada di debu dapat tertelan.
3. Anjing dan kucing bukan mengandung cacing kremi tetapi dapat menjadi sumber infeksi oleh karena telur dapat menempel pada bulunya.







V. Trichuris trichiura
Trichuris trichiura /Trichocephalus dispar
(Cacing Cambuk)
Trichuris trichiura (cacing cambuk) adalah salah satu cacing penyebab penyakit cacingan pada manusia.Cacingan merupakan penyakit yang endemik dan kronik. Tidak mematikan, tetapi mengganggu kesehatan tubuh manusia dan dapat menurunkan kualitas sumber daya manusia (SDM).
MORFOLOGI
a) Cacing jantan
Panjang 4 cm dengan ujung ekor melingkar dan terdapat spikulum.
b) Cacing betina
Panjang 5 cm dengan ujung ekor membulat.
c) Telur
Berukuran 50-54 mikron x 32 mikron, berbentuk seperti tempayan dengan semacam penonjolan yang jernih pada kedua kutub. Kulit telur bagian luar berwarna kekuning-kuningan dan bagian dalamnya jernih.
DAUR HIDUP
Telur keluar bersama tinja lingkungan (tanah yang lembab/tempat yang teduh) —> telur matang (3-6 minggu) —> makanan/minuman terkontaminasi tertelan manusia —> usus halus —> larva —> cacing dewasa —> kolon/sekum.

Hospes Definitif : manusia
Hospes Perantara : tanah
Nama Penyakit :
Trikhuriasis, trikhosefaliasis


PATOLOGI DAN GEJALA KLINIS
Cacing cambuk pada manusia terutama hidup di sekum dan dapat juga ditemukan di kolon asendes.
Seseorang akan terinfeksi trikuriasis apabila menelan telur cacing cambuk yang telah matang
Telur parasit ini ditemukan pada pemeriksaan tinja mikroskopis berbentuk seperti tong.
Gejala yang ditimbulkan penyakit trikuriasis adalah :
a. nyeri di ulu hati
b. Diare yang sering diselingi dengan sindrom disentri
c. peradangan usus buntu (apendisitis)
d. Rektum menonjol melewati anus (prolapsus rektum) akibat mengejannya penderita pada waktu defekasi
e. Berat badan turun akibat kehilangan nafsu makan
f. Anemia karena cacing cambuk menghisap darah hospesnya
PENCEGAHAN DAN PENGOBATAN
PENCEGAHAN
1. Individu
a. Mencuci tangan sebelum & sesudah makan
b. Mencuci sayuran yang dimakan mentah
c. Memasak sayuran di air mendidih

2. Lingkungan
a. Menggunakan jamban ketika buang air besar;
b. Tidak menyiram jalanan dengan air got;
c. Tidak jajan di sembarang tempat.
Dalam membeli makanan, kita harus memastikan bahwa penjual makanan memperhatikan aspek kebersihan dalam mengolah makanan


PENGOBATAN
1. Mebendazol
a. Bentuk sediaan :
tablet, sirup 100 mg/ 5ml (botol 30 ml)
b. Cara kerja obat :
memiliki khasiat sebagai obat kecacingan yang mempunyai jangkauan luas terhadap cacing-cacing parasit
c. Aturan pemakaian
100 mg, 2 kali sehari selama3 hari
d. Efek yang tidak diinginkan : kadang-kadang terjadi nyeri perut, diare, sakit kepala, demam, gatal-gatal, ruam kulit
e. Tidak boleh digunakan pada anak-anak balita dan wanita hamil
2. Albendazol; dosis tunggal 400 mg
3. Oksantel pirantel pamoat; dosis tunggal 10-15 mg/kgBB











VI. Strongyloides stercoralis
A.Klasifikasi
Kingdom : Animalia
Phylum : Nematoda
Class : Secernentea
Ordo : Rhabditida
Family : Strongyloididae
Genus : Strongyloides
Species : S. stercoralis
B. Hospes dan Nama Penyakit
Manusia merupakan hospes utama cacing ini. Parasit ini dapat menyebabkan penyakit strongilodiasis. Terdapat 3 tipe:
a. Tipe ringan, tidak memberikan gejala
b. Tipe sedang, menyebabkan gangguan pada saluran pencernaan.
c. Tipe berat, mengalami gangguan hampir di seluruh tubuh sehingga dapat menyebabkan kematian.
C. Morfologi


Larva Rabditiform
Panjangnya ± 225 mikron, ruang mulut: terbuka, pendek dan lebar. Esophagus dengan 2 bulbus, ekor runcing.
Larva Filariform
Bentuk infektif, panjangnya ± 700 mikron, langsing, tanpa sarung, ruang mulut tertutup, esophagus menempati setengah panjang badan, bagian ekor berujung tumpul berlekuk.







Cacing dewasa betina yang hidup bebas panjangnya ± 1 mm, esophagus pendek dengan 2 bulbus, uterus berisi telur dengan ekor runcing.Cacing dewasa jantan yang hidup bebas panjangnya ± 1 mm, esophagus pendek dengan 2 bulbus, ekor melingkar dengan spikulum

D. Daur Hidup

Cara berkembang biak secara parthenogenesis Mempunyai 3 macam siklus hidup :
1. Siklus langsung
2. Siklus tidak langsung
3. Autoinfeksi

1. Siklus langsung
2-3 hari di tanah → larva rabditiform → larva filariform → menembus kulit manusia → peredaran darah vena → jantung kanan → paru-paru → parasit mulai menjadi dewasa → menembus alveolus → masuk trakhea dan laring → terjadi refleks batuk & parasit tertelan → sampai di usus halus → dewasa.

2. Siklus tidak langsung
Larva rabditiform di tanah → cacing jantan & betina bentuk bebas → terjadi pembuahan → telur menetas menjadi larva rabditiform → larva filariform → masuk dalam hospes baru.

3. Autoinfeksi
Larva rabditiform → larva filariform di usus/ daerah perianal → menembus mukosa usus/ perianal → menyebabkan strongiloidiasis menahun.











E. Patologi dan Gejala Klinis
Bila larva filariform menembus kulit, timbul creeping eruption disertai rasa gatal yang hebat.
Cacing dewasa menyebabkan kelainan pada mukosa usus muda.
Infeksi ringan tidak menimbulkan gejala Infeksi sedang menyebabkan rasa sakit seperti tertusuk-tusuk di daerah epigastrium tengah dan tidak menjalar, disertai mual, muntah, diare dan konstipasi.
Pada strongiloidiasis ada kemungkinan terjadi autoinfeksi dan hiperinfeksi.
Pada hiperinfeksi cacing ditemukan di seluruh traktus digestivus, larvanya ditemukan di berbagai alat dalam (paru, hati, kandung empedu). Dapat menimbulkan kematian.
F. Pencegahan
a. Sanitasi pembuangan tinja
b. Melindungi kulit dari tanah yang terkontaminasi, misal dengan memakai alas kaki
c. Penerangan kepada masyarakat mengenai cara penularan, dan cara pembuatan serta pemakaian jamban.

G. Pengobatan
Tiabendazol, dosis 25 mg per kg berat badan, 1 atau 2 kali sehari selama 2 atau 3 hari.
Albendazol 400 mg, 1 atau 2 kali sehari selama 3 hari. Merupakan obat pilihan.
Mebendazol 100 mg 3 kali sehari selama 2 atau 4 minggu.
Perhatian kepada pembersihan daerah sekitar anus, dan menghindari konstipasi.




VII. Ancylostoma braziliense, Ancylostoma caninum dan Ancylostoma ceylanicum
Nama Penyakit : Ancylostomiasis
Hospes definitif : kucing dan anjing

Ancylostoma caninum dan Ancylostoma braziliense yang umumnya terdapat pada usus halus anjing, rubah, srigala, anjing hutan dan karnivora liar lainnya diseluruh dunia.. Ancylostoma ceylanicum terdapat pada usus halus anjing, kucing, dan karnivora lain bahkan pada manusia.












Patologi dan Gejala Klinis
1) Cacing dewasa melekat pada mukosa usus dan dengan giginya memakan cairan jaringan, biasanya darah. Cacing ini akan menghasilkan antikoagulan, sehingga luka tetap berdarah beberapa saat setelah cacing berpindah tempat.
2) Hewan muda akan kehilangan darah dalam jumlah besar, atau mengalami anemia karena defisiensi Fe. Hewan akan diare, feses bercampur darah, kadang disertai muntah. Gejala klinis yang lain antara lain anemia, oedema, lemah, kurus, pertumbuhan terhambat, bulu kering dan kusam.
3) Pada manusia, larva tidak menjadi dewasa dan menyebabkan kelainan kulit yang disebut creeping eruption.
Pengobatan Creeping eruption:
b. Semprotan kloretil
c. Albendazole, dosis tunggal 400 mg selama 3 hari berturut-turut cukup efektif. Pada anak dibawah umur 2 thn albendazole diberikan dalam bentuk salep 2 %.

Pencegahan dan Pengobatan
Pengobatan pada kucing perlu mempertimbangkan jenis obat cacing yang digunakan dan umur atau berat minimum si kucing. Beberapa obat seperti diklorofen atau toluen hanya boleh diberikan pada kucing setidaknya dengan berat badan 1kg dan ivermektin setidaknya pada umur kucing 6 minggu diberikan selama 3 hari. Pyrantel pamoat dapat diberikan setelah umur 2 minggu sekali saja. adapula obat yang tidak boleh diberikan pada kucing, seperti golongan Milbemycin.
1.2 Nematoda jaringan ( filaria limfatik )
A. Nematoda yang infestasinya di jaringan tubuh
Filariasis adalah suatu infeksi sistemik yang disebabkan oleh cacing filaria yang cacing dewasanya hidup dalam saluran limfe dan kelenjar limfe manusia dan ditularkan oleh serangga secara biologik. Penyakit ini bersifat menahun ( kronis ) dan bila tidak mendapatkan pengobatan akan menimbulkan cacat menetap berupa pembesaran kaki, lengan, dan alat kelamin baik perempuan maupun laki-laki. Filariasis disebabkan oleh tiga spesies cacing filaria, yaitu Wuchereria bancrofti, Brugia malayi, dan Brugia timori.

Wuchereria bancrofti, Brugia malayi, dan Brugia timori.
(Parasit'08)
B. Etiologi
Cacing filaria merupakan nematoda yang hidup di dalam jaringan subkutan dan sistem limfatik. Tiga spesies filaria yang menimbulkan infeksi pada manusia; Wuchereria bancrofti, Brugia malayi, dan Brugia timori, merupakan penyebab infeksi filaria yang serius. Parasit filaria ditularkan melalui spesies nyamuk khusus atau artropoda lainnya, memiliki stadium larva serta siklus hidup yang kompleks. Anak dari cacing dewasa berupa mikrofilaria bersarung, terdapat di dalam darah dan paling sering ditemukan di aliran darah tepi. Mikrofilaria ini muncul di peredaran darah enam bulan sampai satu tahun kemudian dan dapat bertahan hidup hingga 5 – 10 tahun. Pada Wuchereria bancrofti, mikrofilaria berukuran 250 – 300x7 – 8 mikron. Sedangkan pada Brugia malayi dan Brugia timori, mikrofilaria berukuran 177 – 230 mikron.



C. Epidemiologi
Penyakit filariasis terutama ditemukan di daerah khatulistiwa dan merupakan masalah di daerah dataran rendah. Tetapi kadang-kadang juga ditemukan di daerah bukit yang tidak terlalu tinggi. Di Indonesia filariasis tersebar luas; daerah endemi terdapat di banyak pulau di seluruh Nusantara, seperti di Sumatera dan sekitarnya, Jawa, Kalimantan, Sulawesi, NTT, Maluku, dan Irian Jaya. Untuk dapat memahami epidemiologi filariasis, kita perlu memperhatikan faktor-faktor seperti hospes, hospes Reservoar, vektor, dan keadaan lingkungan.

D. Hospes
Manusia yang mengandung parasit dapat menjadi sumber infeksi bagi orang lain yang rentan ( suseptibel ). Pada umumnya laki-laki lebih dominan terinfeksi, karena memiliki lebih banyak kesempatan untuk mendapat infeksi ( exposure ).

Hospes reservoir
Malayi yang dapat hidup pada hewan merupakan sumber infeksi untuk manusia. Hewan yang sering ditemukan mengandung infeksi adalah kucing dan kera terutama jenis Presbytis.

Vektor
Banyak spesies nyamuk yang ditemukan sebagai vektor filariasis, tergantung pada jenis cacing filarianya. W.bancrofti yang terdapat di daerah perkotaan ( urban ) ditularkan oleh Cx.quinquefasciatus, menggunakan air kotor dan tercemar sebagai tempat perindukannya. W.bancrofti yang di daerah pedesaan ( rural ) dapat ditularkan oleh bermacam spesies nyamuk. Di Irian Jaya, W.bancrofti terutama ditularkan oleh An.farauti yang menggunakan bekas jejak kaki binatang untuk tempat perindukannya. Di daerah pantai di NTT, W.bancrofti ditularkan oleh An.subpictus. B.malayi yang hidup pada manusia dan hewan ditularkan oleh berbagai spesies Mansonia seperti Mn.uniformis, Mn.bonneae, dan Mn.dives yang berkembang biak di daerah rawa di Sumatera, Kalimantan, dan Maluku. Di daerah Sulawesi, B.malayi ditularkan oleh An.barbirostris yang menggunakan sawah sebagai tempat perindukannya. B.timori ditularkan oleh An.barbirostris yang berkembang biak di daerah sawah, baik di dekat pantai maupun di daerah pedalaman. B.timori hanya ditemukan di daerah NTT dan Timor Timur.
E. Patologi
Perubahan patologi yang utama terjadi akibat kerusakan inflamatorik pada sistem limfatik yang disebabkan oleh cacing dewasa, bukan mikrofilaria. Cacing dewasa ini hidup dalam saluran limfatik aferen atau sinus – sinus limfe sehingga menyebabkan dilatasi limfe. Dilatasi ini mengakibatkan penebalan pembuluh darah di sekitarnya. Akibat kerusakan pembuluh darah, terjadi infiltrasi sel plasma, eosinofil, dan makrofag di dalam dan sekitar pembuluh darah yang terinfeksi dan bersama dengan proliferasi endotel serta jaringan ikat, menyebabkan saluran limfatik berkelok – kelok serta katup limfatik menjadi rusak. Limfedema dan perubahan statis yang kronik terjadi pada kulit diatasnya.

F. Cara Penularan
Seseorang dapat tertular atau terinfeksi penyakit kaki gajah apabila orang tersebut digigit nyamuk yang infektif yaitu nyamuk yang mengandung larva stadium III ( L3 ). Nyamuk tersebut mendapat cacing filarial kecil ( mikrofilaria ) sewaktu menghisap darah penderita mengandung microfilaria atau binatang reservoir yang mengandung microfilaria. Siklus Penularan penyakit kaiki gajah ini melalui dua tahap, yaitu perkembangan dalam tubuh nyamuk ( vector ) dan tahap kedua perkembangan dalam tubuh manusia (hospes) dan reservoair.
Gejala klinis Filariais Akut adalah berupa ; Demam berulang-ulang selama 3 - 5 hari, Demam dapat hilang bila istirahat dan muncul lagi setelah bekerja berat ; pembengkakan kelenjar getah bening (tanpa ada luka) didaerah lipatan paha, ketiap (lymphadenitis) yang tampak kemerahan, panas dan sakit ; radang saluran kelenjar getah bening yang terasa panas dan sakit yang menjalar dari pangkal kaki atau pangkal lengan kearah ujung (retrograde lymphangitis) ; filarial abses akibat seringnya menderita pembengkakan kelenjar getah bening, dapat pecah dan mengeluarkan nanah serta darah ; pembesaran tungkai, lengan, buah dada, buah zakar yang terlihat agak kemerahan dan terasa panas (early lymphodema). Gejal klinis yang kronis ; berupa pembesaran yang menetap (elephantiasis) pada tungkai, lengan, buah dada, buah zakar (elephantiasis skroti).





G. Manifestasi klinis
Manifestasi klinis sebagai infeksi W.bancrofti terbentuk beberapa bulan hingga beberapa tahun setelah infeksi, tetapi beberapa orang yang hidup di daerah endemis tetap asimptomatik selama hidupnya. Mereka yang menunjukkan gejala akut biasanya mengeluh demam, lymphangitis, lymphadenitis, orchitis, sakit pada otot, anoreksia, dan malaise. Mula–mula cacing dewasa yang hidup dalam pembuluh limfe menyebabkan pelebaran pembuluh limfe terutama di daerah kelenjar limfe, testes, dan epididimis, kemudian diikuti dengan penebalan sel endothel dan infiltrasi sehingga terjadi granuloma. Pada keadaan kronis, terjadi pembesaran kelenjar limfe, hydrocele, dan elefantiasis. Hanya mereka yang hipersensitif, elefantiasis dapat terjadi. Elefantiasis kebanyakan terjadi di daerah genital dan tungkai bawah, biasanya disertai infeksi sekunder dengan fungi dan bakteri. Suatu sindrom yang khas terjadi pada infeksi dengan Wuchereria bancrofti dinamakan Weingartner’s syndrome atau Tropical pulmonary eosinophilia.
Gejala yang sering dijumpai pada orang yang terinfeksi B.malayi adalah lymphadenitis dan lymphangitis yang berulang–ulang disertai demam.Perbedaan utama antara infeksi W.bancrofti dan B.malayi terletak pada klasifikasi ureter dan ginjal. Klasifikasi ureter dan ginjal tidak ditemukan pada infeksi B.malayi.

H. DIAGNOSIS
1.Diagnosis Parasitologi
a) Deteksi parasit : menemukan mikrofilaria di dalam darah, cairan hidrokel atau cairan kiluria pada pemeriksaan sediaan darah tebal, teknik konsentrasi Knott, membran filtrasi dan tes provokatif DEC.
b) Diferensiasi spesies dan stadium filaria : menggunakan pelacak DNA yang spesies spesifik dan antibodi monoklonal.
2. Radiodiagnosis
a) Pemeriksaan dengan ultrasonografi ( USG ) pada skrotum dan kelenjar getah bening ingunial.
b) Pemeriksaan limfosintigrafi dengan menggunakan dekstran atau albumin yang ditandai dengan adanya zat radioaktif.
3. Diagnosis imunologi
Dengan teknik ELISA dan immunochromatographic test ( ICT ), menggunakan
antibodi monoklonal yang spesifik.2
I. Terapi dan Pencegahan
Obat utama yang digunakan adalah dietilkarbamazin sitrat ( DEC ).5 DEC bersifat membunuh mikrofilaria dan juga cacing dewasa pada pengobatan jangka panjang. Hingga saat ini, DEC merupakan satu-satunya obat yang efektif, aman, dan relatif murah. Untuk filariasis bankrofti, dosis yang dianjurkan adalah 6mg/kg berat badan/hari selama 12 hari. Sedangkan untuk filaria brugia, dosis yang dianjurkan adalah 5mg/kg berat badan/hari selama 10 hari. Efek samping dari DEC ini adalah demam, menggigil, artralgia, sakit kepala, mual hingga muntah. Pada pengobatan filariasis brugia, efek samping yang ditimbulkan lebih berat. Sehingga, untuk pengobatannya dianjurkan dalam dosis rendah, tetapi waktu pengobatan dilakukan dalam waktu yang lebih lama.2
Obat lain yang juga dipakai adalah ivermektin.5 Ivermektin adalah antibiotik semisintetik dari golongan makrolid yang mempunyai aktivitas luas terhadap nematode dan ektoparasit. Obat ini hanya membunuh mikrofilaria. Efek samping yang ditimbulkan lebih ringan dibanding DEC.
Pengobatan kombinasi dapat juga dengan dosis tunggal DEC dan Albendazol 400mg, diberikan setiap tahun selama 5 tahun. Pengobatan kombinasi meningkatkan efek filarisida DEC. Yang dapat diobati adalah stadium mikrofilaremia, stadium akut, limfedema, kiluria, dan stadium dini elefantiasis.
Terapi suportif berupa pemijatan dan pembebatan juga dilakukan di samping pemberian antibiotika dan corticosteroid, khususnya pada kasus elefantiasis kronis. Pada kasus-kasus tertentu dapat juga dilakukan pembedahan.2





1.3 Nematoda jaringan ( filaria non limfatik )
I. Loa loa (Cacing mata)
Klasifikasi ilmiah
Kerajaan : Animalia
Filum : Nemathelmynthes
Kelas : Nematoda
Order : Spirurida
Superfamili : Filarioidea
Keluarga : Onchocercidae
Genus : Loa
Spesies : Loa loa
Sejarah
• Kasus pertama infeksi Loa loa tercatat di Karibia (Santo Domingo) pada tahun 1770. Seorang ahli bedah Prancis bernama Mongin mencoba tetapi gagal untuk menghapus cacing yang lewat di mata seorang wanita. Beberapa tahun kemudian, pada 1778, ahli bedah Guyot Francois dapat melakukan pembedahan pada cacing di mata seorang budak dari Afrika Barat pada kapal Prancis ke Amerika.
• Identifikasi microfilaria dibuat pada tahun 1890 oleh Stephen dokter mata McKenzie. Sebuah presentasi klinis umum loiasis, yang diamati pada tahun 1895 di pesisir kota Nigeria maka terciptalah nama Calabar swelling.
• Pengamatan ini dibuat oleh seorang dokter mata Skotlandia bernama Douglas Argyll-Robertson, tetapi hubungan antara Loa loa dan Calabar swelling tidak disadari sampai tahun 1910 (oleh Dr Patrick Manson). Penentuan vektor lalat Chrysops diketahui pada tahun 1912 oleh British parasitologist Robert Thompson Leiper.
• Nama Penyakit : Loa loa filariasis, loaiasis, Calabar swelling(Fugitiveswelling), Tropical swelling dan Afrika eyeworm
• HP: Lalat Crysops silaceae dan C dimidiata
• Daya hidup: 4-17 tahun
• Distribusi: terbatas pada hutan dan tepi hutan di daerah katulistiwa afrika yang sering hujan
Loa loa adalah nematoda filarial yang menyebabkan loaiasis. Ini adalah bagian dari kelompok nematoda parasit filarial yang menyebabkan filariasis limfatik

Morfologi
1. Cacing dewasa hidup dalam jaringan sub kutan,
2. Betina berukuran 50-70 mm x 0,5 mm
3. Jantan 30-34 mm x 0,35-0,43 mm. Cacing
4. Cacing betina mengeluarkan mikrofilaria yang beredar dalam darah pada siang hari (diurna).
5. Pada malam hari mikrofilaria berada dalam pembuluh darah paru-paru.
Nama Penyakit
Loa loa filariasis (juga dikenal sebagai loaiasis, Calabar swelling, Fugitive swelling, Tropical swelling dan Afrika eyeworm) penyakit mata yang disebabkan oleh cacing nematoda, loa loa.





Gejala klinis
1. Menimbulkan gangguan di konjungtiva mata dan pangkal hidung dengan menimbulkan:
• iritasi pada mata,
• mata sendat, sakit,
• pelupuk mata menjadi bengkak.
2. Pembengkakan jaringan yang tidak sakit
3. Ensefalitis
Distribusi geografis
Distribusi geografis loaiasis manusia terbatas pada hutan hujan dan rawa kawasan hutan Afrika Barat, terutama di Kamerun dan di Sungai Ogowe. Manusia adalah satu-satunya reservoir alami. Diperkirakan 12-13 juta manusia terinfeksi larva Loa loa.
Siklus Hidup
Parasit ini ditularkan oleh lalat Chrysops. Mikrofilaria yang beredar dalam darah diisap oleh lalat dan setelah kurang lebih 10 hari di dalam badan serangga, mikrofilaria tumbuh menjadi larva infektif dan siap ditularkan kepada hospes lainnya. Cacing dewasa tumbuh dalam badan manusia dan dalam waktu 1 sampai 4 minggu mulai berkopulasi dan cacing betina dewasa mengeluarkan mikrofilarianya.






Diagnosis
Diagnosis dibuat dengan menemukan mikrofilaria di dalam darah yang diambil pada waktu siang hari atau menemukan cacing dewasa di konjungtiva mata ataupun dalam jaringan subkutan




Pengobatan
• Penggunaan dietilkarbamasin (DEC) dosis 2 mg/kgBB/hari, 3 x sehari selama 14 hari
• Pembedahan pada mata
PENCEGAHAN
1. Menghindari gigitan Lalat
2. Pemberian obat-obatan 2 bln sekali
3. Jangan sering-sering masuk hutan
Prognosis
Prognosis biasanya baik apabila cacing dewasa telah dikeluarkan dari mata dan pengobatan berhasil dengan baik





II. Dracunculus medinensis
Dracunculus medinensis
Kingdom: Animalia
Phylum: Nemathelminthes
Class: Nematoda
Order: Camallanidae
Superfamily: Dracunculoidea
Family: Dracunculidae
Genus: Dracunculus
Species: D. medinensis

Dracunculus medinensis atau cacing Madinah (dulu endemik dikota Madinah, sekarang dinyatakan sudah musnah dari sana oleh WHO) merupakan parasit pada manusia dan mamalia di Asia dan Afrika. Larvanya terdapat pada tubuh Cyclops sp. diperairan tawar.
Morfologi
Cacing ini berbentuk silindris dan memanjang seprti benang. Permukaan tubuh berwarna putih susu dengan kutikula yang halus. Ujung anterior berbentuk bulat tumpul sedangkan ujung posterior melengkung membentuk kait. Memiliki mulut yang kecil dan ujung anteriornya dikelilingi paling sedikit 10 papila. Cacing jantan panjangnya 12-40 mm dan lebarnya 0,4 mm Cacing betina panjangnya 120 cm dan lebarnya1-2 mm.

Nama Penyakit
Dracunculiasis adalah infeksi yang disebabkan oleh cacing gelang Dracunculus medinensis. Yang menyebabkan rasa sakit, luka kulit meradang dan radang sendi yang melemahkan. Infeksi tersebut terjadi sebagian besar pada jalur sempit melintasi beberapa negara di daerah Afrika Selatan dan di Yaman dan hanya berlangsung pada musim tertentu

Siklus hidup
Bila manusia meminum air mentah mengandung cyclops yang telah terinfeksi oleh larva cacing ini menetas lalu menembus dinding usus menuju jaringan bawah kulit, jantung atau otak Setahun kemudian, cacing yang telah dewasa akan bereproduksi dan bergerak menuju permukaan kulit (umumnya tangan atau kaki), jantan akan mati setelah 3-7 bulan setelah infeksi. Betina yang akan bereproduksi akan menimbulkan bercak merah yang terasa sangat panas lalu menimbulkan luka terbuka pada anggota badan tersebut. Pada saat bagian tubuh yang terluka itu direndam air (untuk mengurangi rasa panas yang ditimbulkan) cacing betina dewasa akan keluar (dapat dilihat dengan mata) dari luka tersebut dan melepaskan larva muda kemudian larva muda mencari Cyclops dan siklus kembali terulang. setelah proses ini terselesaikan, betina akan mati, apabila tidak dapat keluar dari tubuh maka cacing tersebut akan terkristalisasi didalam tubuh inangnya. Luka terbuka yang diakibatkan oleh penetrasi cacing ini memiliki potansi yang besar terkena infeksi bakteri sekunder (bakteri tetanus,bakteri pemakan daging dsb) apabila tidak diobati secara tepat.

PENYEBAB
Orang menjadi terinfeksi dengan meminum air yang mengandung semacam binatang air yang terinfeksi berkulit keras yang kecil, yang selanjutnya menjadi hunian untuk cacing tersebut. setelah penyerapan, crustacean mati dan melepaskan larva, yang menembus dinding usus. Larva matang menjadi cacing dewasa sekitar 1 tahun. Setelah dewasa, cacing betina bergerak melalui jaringan di bawah kulit, biasanya menuju kaki. Di sana, mereka membuat bukaan pada kulit sehingga ketika mereka melepaskan larva, larva tersebut bisa meninggalkan tubuh, masuk ke air, dan menemukan hunian crustacean. Jika larva tidak mencapai kulit, mereka mati dan hancur atau mengeras (calcify) di bawah kulit.
GEJALA
Gejala-gejala diawali ketika cacing tersebut menembus kulit. Sebuah lepuhan terbentuk pada bukaan. Daerah di sekitar lepuhan gatal, terbakar, dan meradang-bengkak, merah, dan menyakitkan. Material yang dilepaskan cacing tersebut bisa menyebabkan reaksi alergi, yang bisa mengakibatkan kesulitan bernafas, muntah, dan ruam yang gatal. Gejala-gejala reda dan lepuhan tersebut sembuh setelah cacing dewasa meninggalkan tubuh. pada sekitar 50% orang, infeksi bakteri terjadi di sekitar bukaan karena cacing tersebut. Kadangkala persendian dan tendon di sekitar lepuhan rusak.



Diagnosa
Diagnosa adalah jelas ketika cacing dewasa tampak pada lepuhan. Sinar X kemungkinan dilakukan untuk menentukan klasifikasi cacing. Dapat dibuat bila terdapat garis linier berliku-liku pada permukaan kulit dan ditemukannyan papula atau vesikula pada salah satu ujung gris tersebut serta munculnya prodromal atau sistemik.
Pengobatan
Biasanya, cacing dewasa pelan-pelan diangkat lebih dari sehari sampai seminggu dengan memutarnya pada sebuah batang. Cacing tersebut bisa diangkat dengan cara operasi setelah bius lokal digunakan, tetapi pada banyak daerah, metode ini tidak tersedia. Orang yang juga mengalami infeksi bakteri kadangkala diberikan metronidazole untuk mengurangi peradangan.

PENCEGAHAN
1. Penyaringan air minum melalui kain katun tipis.
2. merebus air hingga mendidih sebelum digunakan.
3. Dan hanya meminum air berklorin membantu mencegah dracunculiasis






2.1 Trematoda Hati
I. Turbellaria (cacing rambut getar)

platyhelm_turbellaria_dugesia
Turbellaria memiliki ukuran tubuh bersilia dengan ukuran 15 – 18 mm.Silia digunakan untuk bergerak.Pergerakan juga dapat menggunakan otot dengan gerakan seperti gelombang.Pada kalas ini akan dibahas mengenai ciri salah satu contoh Turbellaria, yaitu Dugesia.
Bagian anterior tubuh Dugesia berbentuk segitiga dan memiliki sistem indera berupa sepasang bintik mata serta celah yang disebut aurikel.Bintik mata untuk membedakan keadaan gelap dan terang, sedangkan aurikel berfungsi sebagai indera pembau saat Dugesia mencari makanannya.
Permukaan tubuh bagian ventral Dugesia memiliki silia yang berfungsi untuk pergerakan.Pada bagian tengah tubuhnya terdapat mulut.Melalui mulut, faring dapat dijulurkan keluar untuk menangkap mangsa yang selanjutnya dicerna di dalam usus.
Sistem eksresi Dugesia terdiri dari saluran bercabang-cabang yang disebut protonefridia, memanjang dari pori-pori pada permukaan tubuh bagian dorsal sampai ke sel-sel api dalam tubuhnya.Sel-sel api yang berbentuk seperti bola lampu dan memiliki silia di dalamnya.Pergerakan silia berfungsi untuk menggerakkan air dalam sel menyerupai nyala api sehingga sel tersebut dinamakan sel api.


Dugesia merupakan hewan hemafrodit, namun reproduksi seksual tidak dapat dilakukan hanya oleh satu individu.Fertilisasi dilakukan secara silang oleh dua individu Dugesia.Zigot yang terbentuk berkembang tanpa melalui proses periode larva.Sedangkan reproduksi aseksual adalah dengan membelah dirinya dan setiap belahan tubuh akan menjadi individu baru yang dikarenakan oleh daya regenerasinya yang sangat tinggi.
Trematoda (cacing isap)

platyhelm_trematoda_clonorchis
Trematoda disebut sebagai cacing isap karena cacing ini memiliki alat pengisap.Alat pengisap terdapat pada mulut di bagian anterior tubuhnya.kegunaan alat isap adalah untuk menempel pada tubuh inangnya.Pasa saat menempel cacing ini mengisap makanan berupa jaringan atau cairan tubuh inangnya.Dengan demikian, Trematoda merupakan hewan parasit.
Trematoda dewasa pada umumnya hidup di dalam hati, usus, paru-paru, ginjal, dan pembuluh darah vertebrata.Trematoda berlindung di dalam tubuh inangnya dengan melapisi permukaan tubuhnya dengan kutikula dan permukaan tubuhnya tidak memiliki silia.Salah satu contoh Trematoda adalah cacing hati (Fasciola hepatica).Cacing hati memiliki daur hidup yang kompleks karena melibatkan sedikitnya dua jenis inang, yaitu inang utama dan inang sebagai perantara.Daur hidup cacing hati terdiri dari fase seksual dan aseksual.Fase seksual terjadi saat cacing hati dewasa berada di dalam tubuh inang utama.Fase aseksual dengan membelah diri terjadi saat larva berada di dalam tubuh inang perantara.



Beberapa jenis cacing hati yang dapat menginfeksi manusia antara lain sebagai berikut :
a) Opisthorchis sinensis ( Cacing hati cina )
cacing dewasa hidup pada organ hati manusia.Inang perantaranya adalah siput air dan ikan.
b) Schistosoma japonicum
Cacing ini hidup di dalam pembuluh darah pad saluran pencernaan manusia.Manusia merupakan inang utamanya, namun hewan juga dapat terinfeksi seperti tikus, anjing, babi, dan sapi.Inang perantaranya adalah siput amphibi Oncomelania hupensis.Cacing ini menyebabkan penyakit skistosomiasis dengan ciri demam, anemia, disentri, berat badan turun, dan pembengkakan hati.
c) Paragonimus westermani
Cacing ini hidup dalam paru-paru manusia.Inang perantaranya adalah udang air tawar.

II. Clonorchis sinensis (Opisthorchis sinensis)
Clonorchis sinensis
(Opisthorchis sinensis)
Kingdom : Animalia
Phylum : Platyhelminthes
Kelas : Trematoda
Ordo : Opisthorchiida
Family : Opisthorchiidae
Genus : Clonorchis
Species : Clonorchis sinensis
1. Nama Penyakit : Klonorkiasis


A. Penyebaran geografis :
Cina, Jepang, Korea, Vietnam
B. Predileksi :
a) Saluran empedu,
b) saluran pankreas (kadang2)
C. Morfologi

Telur :
1. Bentuk seperti botol ukuran 25–30µm
2. warna kuning kecoklatan
3. Kulit halus tetapi sangat tebal
4. Pd bagian ujung yg meluas terdapat tonjolan
5. Berisi embrio yg bersilia (miracidium)
6. Operculum mudah terlihat
7. infektif untuk siput air

Cacing Dewasa : 1. Ukuran 12 – 20 mm x 3 – 5 mm
2. Ventral sucker < oral sucker 3. Usus (sekum) panjang dan mencapai bag. Posterior tubuh 4. Testis terletak diposterior tubuh & keduanya mempunyai lobus 5. Ovarium kecil terletak ditengah (anterior dari testis) A. Definitif Host Manusia, anjing, kucing, babi B. Hospes Perantara 1 Siput air C. Hospes Perantara 2 Ikan Daur Hidup Patologi dan Gejala KlinisMenyebabkan Iritasi pd saluran empedu dan penebalan dinding saluran Perubahan jaringan hati yg berupa radang sel hati Gejala di bagi 3 stadium : a. Stadium ringan tdk ada gejala b. Stadium progresif ditandai dg menurunnya nafsu makan, diare, edema, dan pembesaran hati c. Stadium lanjut didapatkan sindrom hipertensi portal terdiri dari pembesaran hati, edema, dan kadang2 menimbulkan keganasan dlm hati, dapat menyebabkan kematian Pencegahan : 1. Mencegah polusi air dari tinja manusia dan (anjing, kucing) 2. Memberantas siput air 3. Tidak makan ikan mentah, dimasak tidak sempurna, ikan asin, atau ikan asap yang merupakan tuan rumah perantara parasit III. Fasciola hepatica (Cacing Hati) Kingdom : Animalia Phylum : Platyhelminthes Kelas : Trematoda Ordo : Echinostomida Genus : Fasciola Spesies : Fasciola Hepatica Ciri-ciri morfologi Fasciola hepatica • Bersifat hermaprodit. • Sistem reproduksinya ovivar. • Bentuknya menyerupai daun berukuran 20 – 30 mm x 8 – 13 mm. • Mempunyai tonjolan konus (cephalis cone) pada bagian anteriornya. • Memiliki batil isap mulut dan batil isap perut. • Uterus pendek berkelok-kelok. • Testis bercabang banyak, letaknya di pertengahan badan berjumlah 2 buah Hospes Definitif : Manusia, kambing dansapi Hospes Perantara : I. Keong air (Lymnea) II. Tanaman air Nama penyakit : fasioliasis Daur Hidup Patologi dan Gejala klinis Terjadi sejak larva masuk kesaluran empedu sampai menjadi dewasa. Parasit ini dapat menyebabkan iritasi pada saluran empedu dan penebalan dinding saluran. Selain itu, dapat terjadi perubahan jaringan hati berupa radang sel hati. Pada keadaan lebih lanjut dapat timbul sirosis hati disertai asites dan edema. Luasnya organ yang mengalami kerusakan bergantung pada jumlah cacing yang terdapat disaluran empedu dan lamanya infeksi gejala dari penyakit fasioliasis biasanya pada stadium ringan tidak ditemukan gejala. Stadium progresif ditandai dengan menurunnya nafsu makan, perut terasa penuh, diare dan pembesaran hati. Pada stadium lanjut didapatkan sindrom hipertensi portal yang terdiri dari perbesaran hati, ikterus, asites, dan serosis hepatis. Pengobatan Pengobatan yang dapat diberikan antara lain: • Heksakloretan • Heksaklorofan • Rafoxamide • Niklofolan • Bromsalan yang disuntikkan di bawah kulit Cara-cara pencegahan • Tidak memakan sayuran mentah. • Pemberantasan penyakit fasioliasis pada hewan ternak. • Kandang harus dijaga tetap bersih, dan kandang sebaiknya tidak dekat kolam atau selokan. Siput-siput disekitar kandang dimusnakan untuk memutus siklus hidup Fasciola hepatica. 2.2 Trematoda Paru I. Paragonimus westermani •HOSPES Hospes definitive : Manusia, kucing, anjing Hospes perantara I : Keong air / siput (Melania/Semisulcospira spp) Hospes perantara II : Ketam / kepiting •PENYAKIT:Paragonimiasis MORFOLOGI Telur: Ukuran : 80 –120 x 50 – 60 mikron Bentuk oval cenderung asimetris. Terdapat operkulum pada kutub yang mengecil. Ukuran operkulum relatif besar, sehingga kadang tampak telurnya seperti terpotong. Berisi embrio Cacing dewasa: Bersifat hermaprodit. Sistem reproduksinya ovivar. Bentuknya menyerupai daunberukuran 7 – 12 x 4 – 6 mm dengan ketebalan tubuhnya antara 3 – 5 mm.Memiliki batil isap mulut dan batil isap perut.Uterus pendek berkelok-kelok.Testis bercabang, berjumlah 2 buah.Ovarium berlobus terletak di atas testis.Kelenjar vitelaria terletak di 1/3 tengah badan. Siklus Hidup Telur dikeluarkan bersama feses, Telur yang masuk dalam air akan menetas mirasidium akan keluar dan mencari hospes perantara pertama yaitu keong air (siput Bulinus / Semisulcospira). Dalam tubuh keong mirasidium berkembang menjadi sporokista dan kemudian menjadi redia. Redia akan menghasilkan serkaria. Serkaria akan akan keluar dari tubuh siput dan mencari hospes perantara ke-2, yiatu ketam/kepiting Setelah masuk ke tubuh kepiting, serkaria akan melepaskan ekornya dan membentuk kista (metaserkaria.) didalam kulit di bawah sisik. Metaserkaria akan masuk ke tubuh manusia yang mengkonsumsi kepiting yang mengandung metaserkaria yang dimasak kurang matang.Metaserkaria akan mengalami proses ekskistasi di duodenum dan keluarlah larva. Larva menembus dinding usus halus rongga perut diafragma menuju paru –paru Patologi dan Gejala Klinis Gejala pertama di mulai dengan adanya batuk kering yang lama kelamaan menjadi batuk darah cacing dewasa dapat pula bermigrasi ke alat –alat lain dan menimbulkan abses pada alat tersebut misalnya pada hati dan empedu .Saat larva masuk dalam saluran empedu dan menjadi dewasa, parasit ini dapat menyebabkan iritasi pada saluran empedu, penebalan dinding saluran, peradangan sel hati dan dalam stadium lanjut akan menyebabkan sirosis hati yang disertai oedema. Luasnya organ yang mengalami kerusakan tergantung pada jumlah cacing yang terdapat di saluran empedu dan lamanya infeksi. Gejala yang muncul dapat dikelompokkan menjadi 3 tahap, yaitu : 1. Stadium ringan : tidak ditemukan gejala. 2. Stadium progresif : terjadi penurunan nafsu makan, perut terasa penuh, diare. 3. Stadium lanjut : didapatkan sindrom hipertensi portal yang terdiri dari pembesaran hati, ikterus, oedema dan sirosis hepatis. Diagnosa Diagnosis dibuat dengan menemukan telur dalam sputum atau cairan pleura. Kadang-kadang telur juga di temukan dalam tinja Pencegahan Tidak memakan ikan/kepiting mentah. Apabila menkonsumsi harus sudah dimasak secara sempurna sehingga bisa dihindari terinfeksi oleh metaserkaria dalam ikan/kepiting tersebut 2.3 Trematoda Usus I. Cacing tambang Cacing tambang : cacing parasit (nematoda) yang hidup pada usus kecil inangnya, yang dapat berupa mamalia seperti kucing, anjing ataupun manusia. Ada beberapa spesies cacing tambang: 1. Necator americanus pada manusia 2. Ancylostoma duodenale pada manusia 3. Ancylostoma braziliense pada kucing, anjing 4. Ancylostoma ceylanicum pada anjing, kucing 5. Ancylostoma caninum pada anjing, kucing MORFOLOGI Cacing ini dinamakan cacing tambang karena ditemukan di pertambangan daerah tropis.Cacing tambang dapat hidup sebagai parasit dengan menyerap darah dan cairan tubuh pada usus halus manusia. Cacing ini memiliki ukuran tubuh yang lebih kecil dari cacing perut. Cacing tambang Ancylostoma memiliki ujung anterior melengkung membentuk kapsul mulut dengan 1 -4 pasang kait kitin atau gigi pada sisi ventralnya.Kait kitin berfungsi untuk menempel pada usus inangnnya.Pada ujung posterior cacing tambang jantan terdapat bursa kopulasi.Alat ini digunakan untuk menangkap dan memegang cacing betina saat kawin.Cacing betina memiliki vulva (organ kelamin luar) yang terdapat didekat bagian tengah tubuhnya. Necator americanus dan Ancylostoma duodenale Nama Penyakit : Nekatoriasis dan ankilostomiasis Hospes : Manusia Siklus hidup : Telur —> larva rhabditiform—->Larva filariform —-> melalui telapak kaki —> peredaran darah—–>jantung—–>paru-paru—->faring —–>tenggorokan—->usus (larva)—>usus (cacing dewasa)


Patologi dan Gejala Klinis
Cara penularan penyakit cacing tambang adalah melalui larva cacing yang terdapat di tanah yang menembus kulit (biasanya diantara jari-jari kaki), cacing ini akan berpindah ke paru kemudian ke tenggorokan dan akan tertelan masuk saluran cerna.
Gejala Penyakit cacing tambang (ankilostomiasis dan nekatoriasis) :
a) Gangguan pencernaan berupa mual, muntah, diare
dan nyeri di ulu hati.
b) Pusing, nyeri kepala.
c) Lemas dan lelah, anemia
d) Gatal didaerah masuknya cacing.
e) Kadang-kadang tanpa ada gejala

f) Keluhan tidak spesifik, kelelahan dan berat badan menurun
g) Jarang terjadi: sakit perut, kembung dan sumbatan
usus
Pencegahan dan Pengobatan:
a. Hati-hati bila maka makanan mentah atau setengah matang
terutama pada tempat-tempat dimana sanitasi masih kurang
b. Masak bahan makanan sampai matang
c. Selalu mencuci tangan setelah dari kamar mandi/WC atau
sebelum memegang makanan
d. Infeksi cacing tambang bisa dihindari dengan selalu
mengenakan alas kaki.
e. Gunakan desinfektan setiap hari di tempat mandi dan tempat buang air besar.
2.4 Trematoda Darah
I. Schistosoma haematobium
Schistosoma haematobium menghuni system pembuluh vena di daerah pelvis dan vesica urinaria
Telurnya meruncing seperti duri pada salah satu ujungnya dan keluar pari tubuh penderita bersama urina.
Di dalam air tawar telurnya akan menetas menjadi miracidium kemudian masuk ke tubuh siput dan berkembang menjadi sporocyst yang selanjutnya keluar dari siput berupa cercaria.
Siput yang merupakan host intermediate Schistosoma haematobium antar lain genus Bilinus,Physopsis dan Biomphalaria.
Gejala Penyakit
Masa inkubasinya antara 10 – 12 minggu
Gejala awalnya berupa demam,biasanya sore hari,lesu,tidak enak perut,kadang-kadang terjadi urticaria. Sering kencing,kemudian menjadi abscess yang pecah kedalam kandung kencing,sehingga mucus, darah,nanah dan telur cacing akan keluar dari tubuh bersama urina.
Bahan pemeriksaan
Sample pemeriksaan adalah urina,untuk menemukan telur cacing.dan feces penderita.
Pencegahan
a) Pengobatan penderita untuk mengilangkan sumber penularan
b) Perbaikan cara pembuangan feces manusia agar tidak melahirkan miracidium.
c) Pemberantasan siput ( mollusca ) dengan molluscicida
d) Menghindari kontak dengan air yang mengandung cercariae
2.5 Kelas Cestoda

I. Cestoda (cacing pita)

taenia_pisiformis


Cestoda juga disebut sebagai cacing pita karena bentuknya pipih panjang seperti pita.Tubuh Cestoda dilapisi kutikula dan terdiri dari bagian anterior yang disebut skoleks, leher (strobilus), dan rangkaian proglotid.Pada skoleks terdapat alat pengisap.Skoleks pada jenis Cestoda tertentu selain memiliki alat pengisap, juga memiliki kait (rostelum) yang berfungsi untuk melekat pada organ tubuh inangnya.Dibelakang skoleks pada bagian leher terbentuk proglotid.
Setiap proglotid mengandung organ kelamin jantan (testis) dan organ kelamin betina (ovarium).Tiap proglotid dapat terjadi fertilisasi sendiri.Proglotid yang dibuahi terdapat di bagian posterior tubuh cacing.Proglotid dapat melepaskan diri (strobilasi) dan keluar dari tubuh inang utama bersama dengan tinja.
Cestoda bersifat parasit karena menyerap sari makan dari usus halus inangnya.Sari makanan diserap langsung oleh seluruh permukaan tubuhnya karena cacing ini tidak memiliki mulut dan pencernaan (usus).Manusia dapat terinfeksi Cestoda saat memakan daging hewan yang dimasak tidak sempurna.Inang pernatara Cestoda adalah sapi pada Taenia saginata dan babi pada taenia solium.


II. Taenia saginata
Nama penyakit: Taeniasis saginata
HD: Manusia
HP: Sapi
Habitat: usus halus
MORFOLOGI
 Terdiri dari kepala (skoleks), leher, dan strobila
 Skoleks diameter: 1-2 milimeter
 Bentuk leher sempit, ruas-ruas tidak jelas
 Strobila 1000 – 2000 segmen
 Panjang cacing 4-12 meter atau lebih
 Mempunyai 4 batil isap dengan otot-otot yang kuat, tanpa (rostellum) kait- kait
 Tiap proglotid dewasa mempunyai susunan alat kelamin jantan dan betina yang lengkap, keadaan ini disebut hemafrodit
 Proglottid gravid ukuran 16-20 5-7 mm, cabang lateral uterus 15-30 pada tiap sisi
 Telur dibungkus embriofor, telur berdiameter: 30-40 mikron.
Siklus hidup
Proglottid Masak (terdapat dalam feses) bila tertelan oleh sapi –> Larva onkoster, menembus usus dan masuk ke dalam pembuluh darah, sampai ke otot lurik —> Larva Sistiserkus —> Daging mentah tertelan manusia –>Cacing dewasa.

PATOLOGI DAN GEJALA KLINIS
• Menyebabkan gejala klinis yang ringan, seperti sakit ulu hati, perut merasa tidak enak, Mual, muntah, mencret, pusing, atau gugup. Di sertai dengan ditemukannya proglotid cacing yang Bergerak-gerak lewat dubur bersama dengan atau tanpa tinja.
• Gejala yang lebih berat apabila proglotid menyasar masuk apendiks, atau terdapat ileus yang di sebabkan obstruksi usus oleh strobila cacing.
• Berat badan tidak jelas menurun, eosinofilia dapat ditemukan di darah tepi.
Pencegahan
• Menghilangkan sumber infeksi dengan mengobati penderita
• Memelihara sapi pada tempat yang tidak tercemar atau sapi dikandangkan sehingga tidak berkeliaran
• Menghilangkan kebiasaan makan makanan yang mengandung daging setengah matang atau mentah
• memasak daging sampai matang/sempurna di atas 57°c dalam waktu cukup lama
PENGOBATAN
• obat tradisional: biji labu merah, biji pinang
• obat baru: niklosamid atau prazikuantel
Tinja diperiksa kembali setelah 3 dan 6 bulan untuk memastikan bahwa infeksi telah terobati.
III. Taenia Solium
Hospes dan Nama Penyakit
Nama Penyakit : Taeniasis solium (dewasa), Sistiserkosis (larva)
Hospes Definitif : Manusia.
Hospes Perantara : Manusia dan babi
Habitat : Usus halus (dewasa), jar subkutis, mata, otak, hati, paru, otot jantung, rongga perut.
MORFOLOGI
1. Berukuran pjg kira-kira 2-4 meter dan kadang-kadang sampai 8 meter.
2. Terdiri dari skoleks, leher dan strobila yang terdiri dari 800-1000 ruas proglotid.
3. Strobila terdiri dari rangkaian proglotid yg belum dewasa (imatur), dws(matur) dan mengandung telur (gravid).
4. Lubang kelamin letaknya bergantian selang seling pada sisi kanan atau sisi kiri strobila scr tidak beraturan.










DAUR HIDUP
Telur → termakan oleh hospes → embrio keluar dr telur → menembus dinding usus → saluran getah bening/darah →tersangkut diotot hospes → larva sistiserkus → daging hospes dimakan manusia (dinding kista dicerna) → skoleks mengalami eviginasi → melekat pd dinding usus halus → dewasa (3 bulan) → melepas proglotid dengan telur.









PATOLOGI DAN GEJALA KLINIS
Cacing dewasa yang berjumlah seekor tidak menyebabkan gejala klinis. Bila ada, dapat berupa nyeri ulu hati, mencret, mual, obstipasi dan sakit kepala.
Gejala klinis yang sering diderita, disebabkanoleh larva (sistiserkosis), infeksi ringan tidakmenunjukkan gejala, kecuali yang dihinggapi merupakan alat tubuh yang penting.
Pada manusia, sistiserkus sering menghinggapi subkuti, mata, jar otak, otot, otot jantung, hati, paru dan rongga perut.
Pada jaringan otak atau medula spinalis, larva jarang mengalami kalsifikasi, sehingga menimbulkan reaksi jaringan da dapat menyebabkan epilepsi, meningo-ensefalitis gejala yang disebabkanoleh tekananintrakranial yang tinggi seperti nyeri kepala dan kelainan jiwa. Hidrosefalus internus dapat terjadi bila timbul sumbatan aliran cairan serebrospinal.
DIAGNOSIS
• Dengan menemukan telur dan proglotid
• Dengan sistiserkosis dapat dilakukan dengan :
1. Ekstirpasi benjolan.
2. Radiologi dengan CTscan.
3. Deteksi antibody
Pencegahan
• Kehidupan penduduk yang dipengaruhi tradisi kebudayaan dan agama sangat penting. Pada orang-orang yang bukan islam biasanya mengkonsumsi babi.
• Cara terbaik untuk mengendalikan cacing pita ini adalah dengan makan daging babi yang dimasak sepenuhnya.
• Kebersihan pribadi dan pencegahan terhadap kontaminasi tinja dengan makan daging babi juga memainkan peranan besar dalam pencegahan mendapatkan parasit.
Pengobatan
Untuk pengobatan T. solium dapat digunakan prazikuantel dan untuk larvanya digunakan obat prazikuantel, albendazol atau dilakukan pembedahan.






IV. Echinococcus granulosus
Kerajaan : Animalia
Phylum : atyhelminthes
Class : Cestoda
Order : Cyclophyllidea
Family : Taeniidae
Genus : Echinococcus
Species : E. granulosus

Hospes dan Nama Penyakit
a. Hospes cacing ini adalah anjing dan karnivora lainnya.
b. Parasit ini dapat menyebabkan hidatidosis.
c. Kista hidatid paru sangat berbahaya dan fatal terutama apabila kista ini pecah dapat menyebabkan shock yang berat.
Morfologi
a) Cacing dewasa adalah cacing kecil yang berukuran 3-6 mm.
b) Skoleks bukat, dilengkapi 4 batil isap dan rostelum dengan kait-kait, mempunyai leher.
c) Mempunyai 1 proglotid imatur, 1 proglotid matur, 1 proglotid gravid]

Daur Hidup
Cacing dewasa di usus anjing → Telur dikeluarkan bersama tinja → telur tertelan hospes perantara → telur menetas di rongga duodenum → embrio yang dikeluarkan menembus dinding usus → masuk ke saluran limfe → peredaran darah → alat-alat tubuh (terbentuk kista hidatid) → kista termakan anjing → cacing dewasa






Patologi dan Gejala Klinis
A. Ada beberapa hal gejala, yaitu:
1. Desakan kista hidatid
2. Cairan kista yang dapat menmbulkan reaksi alergi
3. Pecahnya kista, cairan kista masuk peredaran darah, dapat menimbulkan renjatan anaflaktik yang dapat menyebabkan kematian
B. Gejala-gejala lain: hemoptisis ringan, batuk, dispnea, sakit dada yang tidak menetap, palpitasi, urtikaria.
C. Infeksi ditandai dengan adanya pembentukan kista tunggal unilokular atau majemuk yang membesar.

Pencegahan
a. Infeksi dapat dicegah dengan menghindari kontak dengan tinja anjing, terutama pada anak-anak.
b. Meningkatkan kesadaran higienis dan sanitasi air.
c. Menjaga kebersihan dan kesehatan hewan piaraan terutama anjing dan kucing.
d. Cara terbaik untuk menghindari infeksi manusia adalah menghindari menelan makanan atau bahan lain yang terkontaminasi dengan kotoran anjing.

Pengobatan
a) Dilakukan dengan pembedahan yang hanya berhasil pada penderita dengan kista unilokuler.
b) Dengan mebendazol selama jangka waktu panjang pada dosis rendah.





V. Diphyllobothrium latum & Sparganosis
1. Diphyllobothrium latum (Tenia lata, Dibothriocephalus latus, broad tapeworm, fish tapeworm)
Kingdom : Animalia
Phylum : Platyhelminthes
Class : Cestoda
Subclass : Eucestoda
Order : Pseudophyllidea
Family : Diphyllobothriidae
Genus : Diphyllobothrium
Spesies : D. latum

Sejarah
1602 : Cacing pita ikan dikenal sebagai spesies yang berbeda oleh Plater di Switzerland
1977 : Bonet dapat membedakan cacing ini dengan T. solium dengan mendeskripsikan skolexnya
1858 : Pertama kali diperiksa oleh Wemland di Amerika
1879 : Pemeriksaan pada penderita yang terinfeksi cacing ini oleh Leidy di Eropa.
1906 : Perkembangan fokus endemik di Amerika utara oleh imigran yang terinfeksi pertama kali
1935 : kasus Autokton digambarkan di Filipina
1963 : dilaporkan 2 kasus dari 141 penduduk asli Farmosa dan keadaan endemik di Papua Nugini

Hospes dan Nama Penyakit
Macam-Macam Hospes
Hospes Definitif : Manusia
Hospes Reservoar : Anjing, kucing dan 22 jenis mamalia lainnya, seperti: walrus, singa laut, babi dan serigala.
Hospes Perantara I : Cyclops
Hospes Perantara II : Ikan
Nama Penyakit : Difilobotriasis
Distribusi Geografik
Parasit ini ditemukan di Amerika, kanada, Eropa, daerah danau di Swiss, Rumania, Turkestan, Israel, Mancuria, Jepang, Afrika, Malagasi dan Siberia.
Morfologi
Cacing Dewasa
a) Berwarna gading
b) Panjang sampai 10m
c) Terdiri dari 3000-4000 prologtid; tiap proogtid terdiri dari alat kelamin jantan dan betina yang lengkap


Telur
a) Mempunyai operkulum
b) Berukuran 70×45 mikron






Daur hidup
Telur → dikeluarkan melalui lubang uterus proglotid gravid di tinja → menetas dalam air → Larva (koradisium) → dimakan H P pertama, anggota Cepepoda (ex. Cyclops dan Dioptomus) → larva menjadi proserkoid → cyclops dimakan H P kedua, ikan (ex. Salem) → proserkoid berubah menjadi larva pleroserkoid (sparganum) → termakan manusia → sparganum menjadi cacing dewasa di rongga usus halus manusia

Patologi dan Gejala Klinis
Gejala yang ditimbulkan tidak begitu berat, misalnya :
a. Gejala saluran cerna (ex. Diare)
b. Tidak nafsu makan
c. Tidak enak di perut
Bila cacing sudah hidup di permukaan usus, gejala yang ditimbulkan:
a) Anemia hiperkrommakrositer
b) Defisiensi B12
c) Sumbatan usus secara mekanis bila cacing banyak
d) Obstruksi usus → cacing membentuk benang kusut
Diagnosis
Menemukan telur atau proglotid dalam tinja
Pengobatan
a. Obat Atabrin dalam keadaan perut kosong, disertai Na-Bikarbonas, dosis 0,5 gr
b. Niclosamid (Yomesan), 4 tablet (2gr) dikunyah setelah makan hidangan ringan
c. Paromomisin, 1 gram aetiap 4 jam sebanyak 4 dosis
d. Prazikuantel dosis tunggal 10 mg/kg BB

KESIMPULAN
Dari pembahasan kami di atas mengenai parasit, yaitu berupa hewan cacing,maka beberapa kesimpulan dapat kami sampaikan, diantaranya sebagai berikut:
1. Berdasarkan bentuknya helmint dibagi menjadi tiga filum yaitu :
a) Nemathelminthes (cacing yang memiliki bentuk bulat silindris)
b) Platyhelminthes (cacing yang memiliki bentuk pipih)
c) Annelida (cacing berbentuk bulat silindris dan bersegmen)

2. Secara umum Helmint memiliki ciri sebagai berikut :
a. Berbentuk bulat silindris, pipih seperti pita atau pipih seperti daun
b. Bersifat simetris bilateral
c. Sudah memiliki system organ yang terpisah walaupun masih sederhana, kecuali system pernafasan
d. Alat kelamin sudah terpisah namun sebagian masih ada yang bersifat hermafrodit
e. Bagian luar tubuh dilindungi oleh lapisan kutikula yang merupakan turunan dari epidermis.
3. Epidemiologi yang terjadi :
a. Angka prevalensi pada anak-anak yang berusia 1-7 tahun sangat tinggi
b. Lingkungan yang terkontaminasi oleh kotoran anjing atau kucing yang kurang terperhatikan kebersihannya.
c. Tanah, pasir , lapangan, rumput yang terkontaminasi oleh kotoran anjing dan kucing sangat senang didiami cacing.








PENCEGAHAN
1). Berikan penyuluhan kepada masyarakat, terutama kepada pemilik binatang peliharaan tentang bahaya dari kebiasaan pica (menggigit, menjilat benda-benda) yang terpajan daerah yang tercemar oleh kotoran hewan peliharaan.
2). Hindari terjadinya kontaminasi tanah dan pekarangan tempat anak-anak bermain dari kotoran anjing dan kucing, terutama didaerah perkotaan dikompleks perumahan.
3). Bersihkan tempat-tempat bermain anak-anak dari kotoran anjing dan kucing.
4). Berikan obat cacing kepada anjing dan kucing mulai dari usia tiga minggu, diulangi sebanyak tiga kali berturut-turut dengan interval 2 minggu dan diulang setiap 6 bulan sekali.
5) Biasakan mencuci tangan dengan sabun setelah memegang tanah atau sebelum makan.
6). Ajarkan kepada anak-anak untuk tidak memasukan barang-barang kotor kedalam mulut mereka.
Pengobatan:
Pengobatan cutaneous larva migrans menggunakan Chlorethyl, obat anastesi semprot dingin. Dan diantara obat yang dianjurkan antara lain:

- Obat cacing: Obat pilihan adalah: thiabendazole, ivermectin dan albendazole, sedangkan obat lainnya Mebendazole.
- Thiabendazole
- Albendazole.
- Mebendazole
- Anti alergi
- Antibiotika





SARAN
1. Selalu menjaga kebersihan lingkungan, terutama pada lingkungan yang banyak ditinggali oleh hewan berupa anjing dan kucing, karena hewan tersebut yang dapat menyebabkan penyakit Toksokariasis.
2. Awasi dan perhatikanlah kebersihan anak-anak yang gemar bermain di area tanah, rerumputan, lapangan, dan area dimana cacing Toxocara canis dan Toxocara cati dapat tumbuh dengan baik.
3. Segera lakukan penanganan yang tepat jika seandainya ada anak yang terinfeksi cacing jenis ini, segera lakukan penanganan medis.
4. Sebaiknya bagi yang memiliki hewan peliharaan jenis anjing dan kucing, agar diperhatikan juga kebersihannya, tempat makan, tempat buang air, dsb, sehingga suklit bagi cacing untuk berkembang dengan baik.
5. Selalu mencuci tangan dengan menggunakan sabun, agar kuman-kuman dan sejenis cacing tidak dapat menyerang tubuh kita.













Daftar Pustaka
Waluyo, Jangkung Samidjo. 2002. Parasitologi Medik (Helmintologi) : Pendekatan Aspek Identifikasi, Diagnosis, dan Klinik. Penerbit Buku Kedokteran EGC : Jakarta.
Kedokteran Edisi Ketiga, cetakan ketiga. Balai Penerbit FKUI : Jakarta.
Sandjaja, Dr. Bernardus, DMM, DTM&H, MSPH. 2007. Helmintologi Kedokteran. Prestasi Pustaka : Jakarta.
Onggowaluyo, J.S. 2002. Parasitologi Medik I. Penertbit Buku Kedokteran, Jakarta.
Padmasutra, Leshmana, dr. 2007. Catatan Kuliah:Ascaris lumbricoides. Jakarta:Fakultas Kedokteran Unika Atma Jaya Jakarta.
Soedarto. 1991. Helmintologi Kedokteran.. Penerbit Buku Kedokteran. ECG, Jakarta.
Soedarto. 1996. Atlas Helmintologi Kedokteran. Universitas. Penerbit Buku Kedokteran. ECG, Jakarta.



Suber lain
URL : http://www.majalah-farmacia.com/rubrik/one_news.asp?IDNews=75
URL : http://content.nejm.org/cgi/content/full/347/23/1885
http://www.medicine.mcgill.ca/tropmed/txt/lecture4%20intest%20nematodes.htmDiakses 29 Mei 2008.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar