Tampilkan postingan dengan label PARASITOLOGI. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label PARASITOLOGI. Tampilkan semua postingan

Selasa, 22 Mei 2012

LOA LOA

LOA LOA
Synonyms: African eye worm, Loa worm, Filaria oculiName of disease: Loaiasis, Calabar swelling (swelling Fugitive), Tropical
swelling and Africa eyewormVector: ChrysopsHospes: HumanHabitat: Adult worms found in the subcutaneous tissue
humans. Microfilariae circulating in the blood
during the day (diurna) and live in the pulmonary capillary blood
at night. Can also be found in the urine,
sputum and sometimes in the spinal fluid
back.Geographic distribution: Many are found in West Africa and Central AfricaScientific classificationKingdom: AnimaliaPhylum: NemathelmynthesClass: NematodesOrder: SpiruridaSuperfamily: FilarioideaFamily: OnchocercidaeGenus: LoaSpecies: Loa loaHistory

The first case was recorded Loa loa infection in the Caribbean (Santo Domingo) in 1770. A French surgeon named Mongin tried but failed to remove worms that pass in the eyes of a woman. Several years later, in 1778, Francois Guyot surgeon can perform surgery on the worms in the eyes of a slave from West Africa to the French ship to America.
Identification of microfilaria was made in 1890 by ophthalmologist Stephen McKenzie. A common clinical presentation of loiasis, who observed in 1895 in the coastal city of Calabar Nigeria is created the name of swelling.
This observation was made by a Scottish ophthalmologist Douglas Argyll-Robertson, but the relationship between Loa loa and Calabar swelling is not realized until the year 1910 (by Dr. Patrick Manson). Determination of flies Chrysops vectors are known in 1912 by British parasitologist Robert Thompson Leiper.
Morphology

Adult worms shaped like fine threads and milky white
Female worms: body length can reach 7cm or 50-70 mm 0.5 n
Male worms: 4cm or 30 to 340.43 mm
Microfilariae: 250-300 mokron 6 to 8.5 microns, has a holster / sheath
Life Cycle
A. Microfilariae that circulate in the blood sucked by flies Chrysops

after 10-12 days in the body of insects, microfilariae infective larvae grow up to be characterized by skin changes
then transmitted to other humans
Adult worms live in the human body within 1-4 years, then berkopulasi and female adult worms release microfilariae.
Adult worms grow in the human body and within 1 to 4 weeks from berkopulasi and adult female worms release mikrofilarianya.
Pathogenesis and Clinical Symptoms· Microfilariae usually do not cause symptoms· Adult worms can be found throughout the body and often cause disturbances in the conjunctiva of the eye (sore, swollen eyelids) and the base of the nose· Abnormalities Typical Calabar Swelling or fungitive swelling (swelling of tissue the size of chicken eggs)· If the worms get into the brain may cause encephalitis
Diagnosis

By finding microfilariae in the blood taken during the day
By finding the adult worms from the eye conjunctiva or in the subcutaneous tissue
Treatment

Giving dietilkarbamasin citrate (DEC) dose of 2 mg / kg / day, 3 times daily for 14 days
Surgery to remove the adult worms that can be done at the back of the nose or across the network at the time appear in the conjunctiva of the cornea
PREVENTION

Regular treatment of patients
Conducting the eradication of the vector and the vector to prevent bites
PrognosisPrognosis is usually good when the adult worms had been expelled from the eye and the treatment worked well
Diposkan oleh Andreas Heri di 18:51 0 komentar Kirimkan Ini lewat Email
BlogThis!
Berbagi ke Twitter
Berbagi ke Facebook

Label: Parasitologi
Nematoda Jaringan - Loa Loa
Nematoda Jaringan - Loa Loa

Sinonim : Cacing mata Afrika, cacing Loa, Filaria oculi
Nama penyakit : Loaiasis, calabar swelling (fugitive swelling), Tropical
swelling dan Afrika eyeworm
Vektor : Chrysops
Hospes : Manusia
Habitat : Cacing dewasa terdapat di jaringan subkutan
manusia. Mikrofilaria beredar dalam darah pada
siang hari (diurna) dan hidup di kapiler darah paru
pada malam hari. Dapat juga diketemukan di urin,
dahak dan terkadang dalam cairan sumsum tulang
belakang.
Distribusi geografik : Banyak ditemukan di Afrika Barat dan Afrika Tengah

Klasifikasi ilmiah
Kerajaan : Animalia
Filum : Nemathelmynthes
Kelas : Nematoda
Order : Spirurida
Superfamili : Filarioidea
Keluarga : Onchocercidae
Genus : Loa
Spesies : Loa loa
Sejarah
Kasus pertama infeksi Loa loa tercatat di Karibia (Santo Domingo) pada tahun 1770. Seorang ahli bedah Prancis bernama Mongin mencoba tetapi gagal untuk menghapus cacing yang lewat di mata seorang wanita. Beberapa tahun kemudian, pada 1778, ahli bedah Guyot Francois dapat melakukan pembedahan pada cacing di mata seorang budak dari Afrika Barat pada kapal Prancis ke Amerika.
Identifikasi microfilaria dibuat pada tahun 1890 oleh Stephen dokter mata McKenzie. Sebuah presentasi klinis umum loiasis, yang diamati pada tahun 1895 di pesisir kota Nigeria maka terciptalah nama Calabar swelling.
Pengamatan ini dibuat oleh seorang dokter mata Skotlandia bernama Douglas Argyll-Robertson, tetapi hubungan antara Loa loa dan Calabar swelling tidak disadari sampai tahun 1910 (oleh Dr Patrick Manson). Penentuan vektor lalat Chrysops diketahui pada tahun 1912 oleh British parasitologist Robert Thompson Leiper.
Morfologi
Cacing dewasa berbentuk seperti benang halus dan berwarna putih susu
Cacing betina : panjang tubuhnya dapat mencapai 7cm atau 50 - 70 0,5n mm
Cacing jantan : 4cm atau 30-340,43 mm
Mikrofilaria : 250-300 mikron 6-8,5 mokron, memiliki sarung/selubung
Siklus Hidup

1. Mikrofilaria yang beredar dalam darah dihisap oleh lalat Chrysops
setelah 10-12 hari didalam tubuh serangga, mikrofilaria tumbuh menjadi larva infektif yang ditandai dengan pergantian kulit
kemudian ditularkan kepada manusia lainnya
cacing dewasa hidup dalam tubuh manusia dalam waktu 1-4 tahun, kemudian berkopulasi dan cacing dewasa betina mengeluarkan mikrofilaria.
Cacing dewasa tumbuh dalam badan manusia dan dalam waktu 1 sampai 4 minggu mulai berkopulasi dan cacing betina dewasa mengeluarkan mikrofilarianya.
Patogenesis dan Gejala Klinik
· Mikrofilaria biasanya tidak menimbulkan gejala
· Cacing dewasa dapat diketemukan diseluruh tubuh dan sering kali menimbulkan ganguan di konjungtiva mata (sakit, pelupuk mata bengkak) dan pangkal hidung
· Kelainan yang khas adalah Calabar Swelling atau fungitive swelling (pembengkakan jaringan yang berukuran sebesar telur ayam)
· Jika cacing masuk ke otak dapat menyebabkan ensefalitis

Diagnosis
Dengan menemukan mikrofilaria dalam darah yang diambil pada siang hari
Dengan menemukan cacing dewasa dari konjungtiva mata ataupun dalam jaringan subkutan
Pengobatan
Pemberian dietilkarbamasin sitrat (DEC) dosis 2 mg/kgBB/hari, 3 x sehari selama 14 hari
Pembedahan untuk mengeluarkan cacing dewasa yang dapat dilakukan pada waktu melintasi jaringan punggung hidung atau pada waktu tampak di konjungtiva kornea
PENCEGAHAN
Pengobatan secara teratur terhadap penderita
Mengadakan pemberantasan vektor dan mencegah gigitan vektor tersebut
Prognosis
Prognosis biasanya baik apabila cacing dewasa telah dikeluarkan dari mata dan pengobatan berhasil dengan baik
Diposkan oleh Andreas Heri di 18:48 0 komentar Kirimkan Ini lewat Email
BlogThis!
Berbagi ke Twitter
Berbagi ke Facebook

Label: Parasitologi
Nematoda Jaringan - Wuchereria bancrofti
Nematoda Jaringan - Wuchereria bancrofti
Life Cycle of Wuchereria bancrofti:
Different species of the following genera of mosquitoes are vectors of W. bancrofti filariasis depending on geographical distribution. Among them are: Culex (C. annulirostris, C. bitaeniorhynchus, C. quinquefasciatus, and C. pipiens); Anopheles (A. arabinensis, A. bancroftii, A. farauti, A. funestus, A. gambiae, A. koliensis, A. melas, A. merus, A. punctulatus and A. wellcomei); Aedes (A. aegypti, A. aquasalis, A. bellator, A. cooki, A. darlingi, A. kochi, A. polynesiensis, A. pseudoscutellaris, A. rotumae, A. scapularis, and A. vigilax); Mansonia (M. pseudotitillans, M. uniformis); Coquillettidia (C. juxtamansonia). During a blood meal, an infected mosquito introduces third-stage filarial larvae onto the skin of the human host, where they penetrate into the bite wound . They develop in adults that commonly reside in the lymphatics . The female worms measure 80 to 100 mm in length and 0.24 to 0.30 mm in diameter, while the males measure about 40 mm by .1 mm. Adults produce microfilariae measuring 244 to 296 μm by 7.5 to 10 μm, which are sheathed and have nocturnal periodicity, except the South Pacific microfilariae which have the absence of marked periodicity. The microfilariae migrate into lymph and blood channels moving actively through lymph and blood . A mosquito ingests the microfilariae during a blood meal . After ingestion, the microfilariae lose their sheaths and some of them work their way through the wall of the proventriculus and cardiac portion of the mosquito's midgut and reach the thoracic muscles . There the microfilariae develop into first-stage larvae and subsequently into third-stage infective larvae . The third-stage infective larvae migrate through the hemocoel to the mosquito's prosbocis and can infect another human when the mosquito takes a blood meal .




Senin, 14 Mei 2012

Toxoplasma Gondii

Toxoplasma Gondii

Toxoplasma gondii is a microscopic protozoa that causes a disease called toxoplasmosis. The disease is found all over the world. Some estimates suggest that over 30 % of human population is infected. For example, in Germany and France most people carry the parasite, whereas in South Korea it is quite rare. More than 60 million people in the United States are said to be infected. Toxoplasmosis is usually asymptomatic, because our immune system keeps the parasite from causing illness. The disease is more problematic for pregnant women and people who have weakened immune systems. Cats are the primary host and humans and other warm blooded animals are just intermediate hosts. In this sense Toxoplasma gondii is not a pure human parasite.

Toxoplasma gondii is known to change the host's behaviour. Studies show the capability for the parasite to make rats fearless near cats. This indicates the evolutionary need for Toxoplasma gondii to get inside felines. When a rat is eaten by a cat the parasite gets inside the primary host. There have been a few studies with humans, too. Some results indicate a strong correlation between schizophrenia and toxoplasmosis. According to some studies women with toxoplasmosis are more likely to cheat their husbands. Men with the parasite have shown to be more aggressive. Infected humans also have slower reaction times.

Humans get infected by:
blood transfusion or organ transplantation (very rare)
consuming undercooked, infected meat (especially lamb, pork and venison)
ingesting water, soil (for example, putting dirty fingers in your mouth) or anything else that has been contaminated with cat feces
mother-to-child transmission. A pregnant woman, who has just been infected with Toxoplasma gondii can pass the infection to her unborn baby (congenital infection). She might not have any symptoms, but the unborn child might suffer and develop disease.

The life cycle of Toxoplasma gondii starts, when oocysts (resting form of the parasite) exit the primary host (cat) in the feces. Millions of oocysts are shed for as long as three weeks after infection. Oocysts sporulate and become infective within a few days in the environment. The oocysts are found only in the feces of domestic and wild cats. Birds, humans and other intermediate hosts get infected after ingesting water or food contaminated with the cat feces. (Healthy cats can get infected this way, too.) In the gut oocysts transform into tachyzoites which are about 4–8 µm long and 2–3 µm wide. They travel to other parts of the body via bloodstream and further develop into tissue cyst bradyzoites in muscle and neural tissue. Cysts are about 5–50 µm in diameter. They are commonly found in skeletal muscles, brain, myocardium and eyes where they can remain many decades. If a cat (or a human) eats the intermediate host, the tissue cysts get ingested and the parasite activates in the small intestine.



Healthy people who become infected often do not have symptoms because their immune system keeps the parasite from causing sickness. 10–20 % of patients develop sore lymph nodes, muscle pains and other minor symptoms that last for several weeks and then go away (acute toxoplasmosis). The parasites remain in the body as tissue cysts (bradyzoites) and reactivate, if the person becomes immunosuppressed by other diseases or by immunosuppressive drugs.

Usually if a woman has been infected before becoming pregnant, the unborn baby is safe because the mother has developed immunity. If a woman is pregnant and becomes infected with toxoplasmosis during or right before pregnancy, she can transmit the disease to her unborn child (congenital transmission). The earlier the transmission occurs the bigger the effects. Then again, the longer the pregnancy goes on, the more likely is the infection going to occur. This has something got to do with the penetrability of the placenta. Symptoms might include:
miscarriage or stillborn baby
baby born with signs of toxoplasmosis (for example, abnormal enlargement or smallness of the head)
baby with brain or eye damage.

Usually the babies have no symptoms initially, but can develop mental disability, vision loss (ocular toxoplasmosis) and seizures later in life.

Eye disease can be caused by congenital toxoplasmosis or infection after birth or rarely from acute toxoplasmosis as an adult. Eye lesions from congenital infection are often not present at birth but occur in 20–80 % of infected individuals, when they reach adulthood. However, in the U.S. less than 2 % of persons infected after birth develop eye lesions. Eye infection leads to an acute inflammatory lesion of the retina, which leaves retinochoroidal scarring. Symptoms of acute ocular toxoplasmosis include:
blurred or reduced vision
eye pain
redness of the eye
sensitivity to light (photophobia)
tearing of the eyes.

The eye disease can reactivate later in life causing more damage to the retina. If the central structures of the retina are damaged, a progressive vision loss may follow.

People with weakened immune systems may develop central nervous system disease, brain lesions, pneumonitis or retinochoroiditis among other risks. For example, people with AIDS and renewed toxoplasmosis can have symptoms that include:
confusion
fever
headache
nausea
poor coordination
seizures.

If latent (chronic) toxoplasmosis reactivates in immunocompromised pregnant women who were infected before their pregnancy, it might cause congenital infection to the baby.

Toxoplasmosis diagnosis is typically made by serologic tests by detecting immunoglobulin antibodies within several weeks of infection. Your health care provider examines your blood sample to find Toxoplasma-specific IgA, IgG or IgM antibodies. Living parasites can be also found in the sample (blood, cerebrospinal or other body fluids) but the process is more difficult and thus not usually used. Direct observation of the parasite is possible in cerebrospinal fluid (CSF), stained tissue sections or other biopsy samples but these techniques are used less frequently due to their difficulty. A test that measures IgG determines if a person has been infected. Sometimes it is necessary to determine the time of the infection especially if the person is pregnant. For this IgM is detected along with IgG avidity test. Molecular techniques are used for detecting Toxoplasma gondii DNA in the amniotic fluid in cases of congenital transmission (mother-to-child transmission). Ocular toxoplasmosis diagnosis is usually based on symptoms, appearance of lesions in the eye, serologic testing and course of the infection. Serologic tests can be unreliable in immunosuppressed patients.

Toxoplasmosis can be treated with combinations of pyrimethamine with either trisulfapyrimidines or sulfadiazine, plus folinic acid in the form of leucovorin calcium to protect the bone marrow from the toxic effects of pyrimethamine. If this treatment causes hypersensitivity reaction, then pyrimethamine and clindamycin can be used instead. If these drugs are not available, then a combination of sulfamethoxazole and trimethoprim can be used. Pregnant women and babies can be treated but Toxoplasma gondii cannot be eliminated completely. The parasites can remain within tissue cells in a less active stage (cyst) in locations difficult for the medication to get to. A drug called spiramycin is recommended during the first four months whereas sulfadizaine/pyrimethamine and folinic acid for women that have been pregnant for more than four months. PCR (a method to discover parasite DNA) is often performed on the amniotic fluid to find out if the infant is infected. If the infant is likely to be infected, then treatment is done with drugs such as sulfadizaine, pyrimethamine and folinic acid. Congenitally infected babies are treated with sulfonamide and pyrimethamine. Treatment for persons with ocular disease depends on the size of the eye lesion, the characteristics (acute or chronic) and the location of the lesion. Persons with compromised immune systems (such as AIDS patients) need to be treated until their health improves significantly.

Protozoa dan Pembahasan

Protozoa

   
Merupakan filum hewan bersel satu yang dapat melakukan reproduksi seksual (generatif) maupun aseksual (vegetatif).Habitat hidupnya adalah tempat yang basah atau berair. Jika kondisi lingkungan tempat hidupnya tidak menguntungkanmaka protozoa akan membentuk membran tebal dan kuat yang disebut Kista. Ilmuwan yang pertama kali mempelajariprotozoa adalah Anthony van Leeuwenhoek.
PROTOZOA DIBAGI MENJADI 4 KELAS Þ BERDASAR ALAT GERAK
1 Rhizopoda (Sarcodina),
alat geraknya berupa pseudopoda (kaki semu)
• Amoeba proteus

memiliki dua jenis vakuola yaitu vakuola makanan dan
vakuola kontraktil.
• Entamoeba histolityca
menyebabkan disentri amuba (bedakan dengan disentri basiler
yang disebabkan Shigella dysentriae)
• Entamoeba gingivalis
menyebabkan pembusukan makanan di dalam mulut
radang gusi (Gingivitis)
• Foraminifera sp.
fosilnya dapat dipergunakan sebagai petunjuk adanya minyak
bumi. Tanah yang mengandung fosil fotaminifera disebut tanah globigerina.
• Radiolaria sp.
endapan tanah yang mengandung hewan tersebut digunakan
untuk bahan penggosok.
2 Flagellata (Mastigophora),
alat geraknya berupa nagel (bulu cambuk). Dibagi menjadi 2 kelompok, yaitu:

• Golongan phytonagellata

- Euglena viridis (makhluk hidup peralihah antara protozoa
dengan ganggang)
- Volvax globator (makhluh hidup peralihah antara
protozoa dengan ganggang)
- Noctiluca millaris (hidup di laut dan dapat mengeluarkan
cahaya bila terkena rangsangan mekanik)

• Golongan Zooflagellata, contohnya :
- Trypanosoma gambiense & Trypanosoma rhodesiense.
Menyebabkan penyakit tidur di Afrika dengan vektor (pembawa)
Þ lalat Tsetse (Glossina sp.)
Trypanosoma gambiense vektornya Glossina palpalis Þ tsetse
sungai
Trypanosoma rhodeslense vektornya Glossina morsitans
Þ tsetse semak
- Trypanosoma cruzl
Þ penyakit chagas
- Trypanosoma evansi
Þ penyakit surra, pada hewan ternak
(sapi).
- Leishmaniadonovani
Þ penyakit kalanzar
- Trichomonas vaginalis
Þ penyakit keputihan

3 Ciliata (Ciliophora),
alat gerak berupa silia (rambut getar)

• Paramaecium caudatum Þ disebut binatang sandal, yang memiliki dua jenis vakuola yaitu vakuola makanan dan vakuola kontraktil yang berfungsi untuk mengatur kesetimbangan tekanan osmosis (osmoregulator).

Memiliki dua jenis inti Þ Makronukleus dan Mikronukleus (inti reproduktif). Cara reproduksi, aseksual Þ membelah diri, seksual Þ konyugasi.

• Balantidium coli Þ menyebabkan penyakit diare.

4 Sporozoa,
adalah protozoa yang tidak memiliki alat gerak

Cara bergerak hewan ini dengan cara mengubah kedudukan tubuhnya. Pembiakan secara vegetatif (aseksual) disebut juga Skizogoni dan secara generatif (seksual) disebut Sporogoni.

Marga yang berhubungan dengan kesehatan manusia Þ Toxopinsma dan Plasmodium.

Jenis-jenisnya antara lain:
- Plasmodiumfalciparum Þ malaria tropika Þ sporulasi tiap hari
- Plasmodium vivax Þ malaria tertiana Þ sporulasi tiap hari ke-3
(48 jam)
- Plasmodium malariae Þ malaria knartana Þ sporulasi tiap hari
ke-4 (72 jam)
- Plasmodiumovale Þ malaria ovale
Siklus hidup Plasmodium mengalami metagenesis terjadi di dalam tubuh manusia (reproduksi vegetatif Þ skizogoni) dan didalam tubuh nyamuk Anopheles sp. (reproduksi generatif Þ sporogoni). secara lengkap sebagai berikut:

Sporozoit Þ
Masuk Tubuh Di Dalam Hati (Ekstra Eritrositer) Þ Tropozoid Þ Merozoit (memakan eritrosit Þ Eritrositer) Þ Eritrosit Pecah (peristiwanya Þ Sporulasi) Þ Gametosit Þ Terhisap Nyamuk Þ Zygot Ookinet Þ Oosis Þ Sporozeit.

Pemberantasan malaria dapat dilakulcan dengan cara :


  1. Menghindari gigitan nyamuk Anopheles sp.
  2. Mengendalikan populasi nyamuk Anopheles dengan insektisida dan larvasida
  3. Pengobatan penderita secara teratur dengan antimalaria Þ chloroquin, fansidar, dll

Protozoa
Protozoa secara umum dapat dijelaskan bahwa protozoa adalah berasal dari bahasa Yunani, yaitu protos artinya pertama dan zoon artinya hewan. Jadi,Protozoa adalah hewan pertama. [1] .Protozoa merupakan kelompok lain protista eukariotik. Kadang-kadang antara algae dan protozoa kurang jelas perbedaannya. Kebanyakan Protozoa hanya dapat dilihat di bawah mikroskop. Beberapa organisme mempunyai sifat antara algae dan protozoa. Sebagai contoh algae hijau Euglenophyta, selnya berflagela dan merupakan sel tunggal yang berklorofil, tetapi dapat mengalami kehilangan klorofil dan kemampuan untuk berfotosintesa. Semua spesies Euglenophyta yang mampu hidup pada nutrien komplek tanpa adanya cahaya, beberapa ilmuwan memasukkannya ke dalam filum protozoa. Contohnya strain mutan algae genus Chlamydomonas yang tidak berklorofil, dapat dimasukkan ke dalam kelas Protozoa genus Polytoma. Hal ini merupakan contoh bagaimana sulitnya membedakan dengan tegas antara algae dan protozoa. Protozoa dibedakan dari prokariot karena ukurannya yang lebih besar, dan selnya eukariotik. Protozoa dibedakan dari algae karena tidak berklorofil, dibedakan dari jamur karena dapat bergerak aktif dan tidak berdinding sel, serta dibedakan dari jamur lendir karena tidak dapat membentuk badan buah. [2]

Daftar isi

Bentuk Tubuh


Flagellata
Biasanya berkisar 10-50 μm, tetapi dapat tumbuh sampai 1 mm, dan mudah dilihat di bawah mikroskop. Mereka bergerak di sekitar dengan cambuk seperti ekor disebut flagela. Mereka sebelumnya jatuh di bawah keluarga Protista. Lebih dari 30.000 jenis telah ditemukan. Protozoa terdapat di seluruh lingkungan berair dan tanah, menduduki berbagai tingkat trophic. Tubuh protozoa amat sederhana, yaitu terdiri dari satu sel tunggal (unisel). Namun demikian, Protozoa merupakan system yang serba bisa. Semua tugas tubuh dapat dilakukan oleh satu sel saja tanpa mengalami tumpang tindih. Ukuaran tubuhnya antaran 3-1000 mikron.Bentuk tubuh macam-macam ada yang seperti bola, bulat memanjang, atau seperti sandal bahkan ada yang bentuknya tidak menentu. Juga ada memiliki fligel atau bersilia. [1]

Habitat

Protozoa hidup di air atau setidaknya di tempat yang basah. Mereka umumnya hidup bebas dan terdapat di lautan, lingkungan air tawar, atau daratan. Beberapa spesies bersifat parasitik, hidup pada organisme inang. Inang protozoa yang bersifat parasit dapat berupa organisme sederhana seperti algae, sampai vertebrata yang kompleks, termasuk manusia. Beberapa spesies dapat tumbuh di dalam tanah atau pada permukaan tumbuh-tumbuhan. Semua protozoa memerlukan kelembaban yang tinggi pada habitat apapun. Beberapa jenis protozoa laut merupakan bagian dari zooplankton. Protozoa laut yang lain hidup di dasar laut. Spesies yang hidup di air tawar dapat berada di danau, sungai, kolam, atau genangan air. Ada pula protozoa yang tidak bersifat parasit yang hidup di dalam usus termit atau di dalam rumen hewan ruminansia. Beberapa protozoa berbahaya bagi manusia karena mereka dapat menyebabkan penyakit serius. Protozoa yang lain membantu karena mereka memakan bakteri berbahaya dan menjadi makanan untuk ikan dan hewan lainnya. [2]. Protozoa hidup secara soliter atau bentuk koloni. Didalam ekosistem air protozoa merupakan zooplankton. Permukan tubuh Protozoadibayangi oleh membransel yang tipis, elastis, permeable, yang tersusun dari bahan lipoprotein, sehingga bentuknya mudah berubah-ubah. Beberapa jenis protozoa memiliki rangka luar ( cangkok) dari zat kersik dan kapur. Apabila kondisi lingkungan tempat tinggal tiba-tiba menjadi jelek, Protozoa membentuk kista. Dan menjadi aktif lagi. Organel yang terdapat di dalam sel antara lain nucleus, badan golgi, mikrokondria, plastida, dan vakluola. Nutrisi protozoa bermacam-macam. Ada yang holozoik (heterotrof), yaitu makanannya berupa organisme lainnya,. Ada pula yang holofilik (autotrof), yaitu dapat mensintesis makanannya sendiri dari zat organic dengan bantuan klorofit dan cahaya. Selain itu ada yang bersifat saprofitik, yaitu menggunakan sisa bahan organic dari organisme yang telah mati adapula yang bersifat parasitik. Apabila protozoa dibandingkan dengan tumbuhan unisel, terdapat banyak perbedaan tetapi ada persamaannya. Hal ini mungkin protozoa meriupakan bentuk peralihan dari bentuk sel tumbuhan ke bentuk sel hewan dalam perjalanan evolusinya. [1]

Ciri-ciri

Protozoa adalah mikroorganisme menyerupai hewan yang merupakan salah satu filum dari Kingdom Protista. Seluruh kegiatan hidupnya dilakukan oleh sel itu sendiri dengan menggunakan organel-organel antara lain membran plasma, sitoplasma, dan mitokondria. Ciri-ciri umum :
  • Organisme uniseluler (bersel tunggal)
  • Eukariotik (memiliki membran nukleus)
  • Hidup soliter (sendiri) atau berkoloni (kelompok)
  • Umumnya tidak dapat membuat makanan sendiri (heterotrof)
  • Hidup bebas, saprofit atau parasit
  • Dapat membentuk sista untuk bertahan hidup
  • Alat gerak berupa pseudopodia, silia, atau flagela [3]
Ciri-ciri prozoa sebagai hewan adalah gerakannya yang aktif dengan silia atau flagen, memili membrane sel dari zat lipoprotein, dan bentuk tubuhnya ada yang bisa berubah-ubah. Adapun yang bercirikan sebagai tumbuhan adalah ada jenis protozoa yang hidup autotrof. Ada yang bisa berubag-ubah. Adapun yang mencirikan sebagai sebagai tumbuhan adalah ada jenis protozoa yang hidup autotrof. Perkembangbiakan bakteri dan amuba Perkembangbiakan amuba dan bakteri yang biasa dilakukan adalah dengan membela diri. Dalam kondisi yang sesuai mereka mengadakan pembelahan secara setiap 15 menit. Peristiwa ini dimulai dengan pembelahan inti sel atau bahan inti menjadi dua. Kemudian diikuti dengan pembelahan sitoplasmanya, menjadi dua yang masing=masing menyelubungi inti selnya. Selanjutnya bagian tengah sitoplasma menggenting diikuti dengan pemisahan sitoplasma. Akhirnya setelah sitoplasma telah benar-benar terpisah, maka terbentuknya dua sel baru yang masing=masing mempunyai inti baru dan sitoplasma yang baru pula. Pada amuba bila keadan kurang baik, misalnya udara terlalu dingin atau panas atau kurang makan, maka amuba akan membentu kista. Didalam kista amuba dapt membelah menjadi amuba-amuba baru yang lebih kacil. Bila keadaan lingkungan telah baik kembali, maka dinding kista akan pecah dan amuba-amuba baru tadi dapat keluar. Selanjudnya amuba ini akan tumbuh setelah sampaipada ukuran tertentu dia akan membelah diri seperti semula. [1]

Morfologi Protozoa


Ciliata
Semua protozoa mempunyai vakuola kontraktil. Vakuola dapat berperan sebagai pompa untuk mengeluarkan kelebihan air dari sel, atau untuk mengatur tekanan osmosis. Jumlah dan letak vakuola kontraktil berbeda pada setiap spesies. Protozoa dapat berada dalam bentuk vegetatif (trophozoite), atau bentuk istirahat yang disebut kista. Protozoa pada keadaan yang tidak menguntungkan dapat membentuk kista untuk mempertahankan hidupnya. Saat kista berada pada keadaan yang menguntungkan, maka akan berkecambah menjadi sel vegetatifnya. Protozoa tidak mempunyai dinding sel, dan tidak mengandung selulosa atau khitin seperti pada jamur dan algae. Kebanyakan protozoa mempunyai bentuk spesifik, yang ditandai dengan fleksibilitas ektoplasma yang ada dalam membran sel. Beberapa jenis protozoa seperti Foraminifera mempunyai kerangka luar sangat keras yang tersusun dari Si dan Ca. Beberapa protozoa seperti Difflugia, dapat mengikat partikel mineral untuk membentuk kerangka luar yang keras. Radiolarian dan Heliozoan dapat menghasilkan skeleton. Kerangka luar yang keras ini sering ditemukan dalam bentuk fosil. Kerangka luar Foraminifera tersusun dari CaO2 sehingga koloninya dalam waktu jutaan tahun dapat membentuk batuan kapur. Protozoa merupakan sel tunggal, yang dapat bergerak secara khas menggunakan pseudopodia (kaki palsu), flagela atau silia, namun ada yang tidak dapat bergerak aktif. Berdasarkan alat gerak yang dipunyai dan mekanisme gerakan inilah protozoa dikelompokkan ke dalam 4 kelas. Protozoa yang bergerak secara amoeboid dikelompokkan ke dalam Sarcodina, yang bergerak dengan flagela dimasukkan ke dalam Mastigophora, yang bergerak dengan silia dikelompokkan ke dalam Ciliophora, dan yang tidak dapat bergerak serat merupakan parasit hewan maupun manusia dikelompokkan ke dalam Sporozoa. Mulai tahun 1980, oleh Commitee on Systematics and Evolution of the Society of Protozoologist, mengklasifikasikan protozoa menjadi 7 kelas baru, yaitu Sarcomastigophora, Ciliophora, Acetospora, Apicomplexa, Microspora, Myxospora, dan Labyrinthomorpha. Pada klasifikasi yang baru ini, Sarcodina dan Mastigophora digabung menjadi satu kelompok Sarcomastigophora, dan Sporozoa karena anggotanya sangat beragam, maka dipecah menjadi lima kelas. Contoh protozoa yang termasuk Sarcomastigophora adalah genera Monosiga, Bodo, Leishmania, Trypanosoma, Giardia, Opalina, Amoeba, Entamoeba, dan Difflugia. Anggota kelompok Ciliophora antara lain genera Didinium, Tetrahymena, Paramaecium, dan Stentor. Contoh protozoa kelompok Acetospora adalah genera Paramyxa. Apicomplexa beranggotakan genera Eimeria, Toxoplasma, Babesia, Theileria. Genera Metchnikovella termasuk kelompok Microspora. Genera Myxidium dan Kudoa adalah contoh anggota kelompok Myxospora.[2]

Fisiologi Protozoa

Protozoa umumnya bersifat aerobik nonfotosintetik, tetapi beberapa protozoa dapat hidup pada lingkung ananaerobik misalnya pada saluran pencernaan manusia atau hewan ruminansia. Protozoa aerobik mempunyai mitokondria yang mengandung enzim untuk metabolisme aerobik, dan untuk menghasilkan ATP melalui proses transfer elektron dan atom hidrogen ke oksigen. Protozoa umumnya mendapatkan makanan dengan memangsa organisme lain (bakteri) atau partikel organik, baik secara fagositosis maupun pinositosis. Protozoa yang hidup di lingkungan air, maka oksideng dan air maupun molekul-molekul kecil dapat berdifusi melalui membran sel. Senyawa makromolekul yang tidak dapat berdifusi melalui membran, dapat masuk sel secara pinositosis. Tetesan cairan masuk melalui saluran pada membran sel, saat saluran penuh kemudian masuk ke dalam membrane yang berikatan denga vakuola. Vakuola kecil terbentuk, kemudian dibawa ke bagian dalam sel, selanjutnya molekul dalam vakuola dipindahkan ke sitoplasma. Partikel makanan yang lebih besar dimakan secara fagositosis oleh sel yang bersifat amoeboid dan anggota lain dari kelompok Sarcodina. Partikel dikelilingi oleh bagian membran sel yang fleksibel untuk ditangkap kemudian dimasukkan ke dalam sel oleh vakuola besar (vakuola makanan). Ukuran vakuola mengecil kemudian mengalami pengasaman. Lisosom memberikan enzim ke dalam vakuola makanan tersebut untuk mencernakan makanan, kemudian vakuola membesar kembali. Hasil pencernaan makanan didispersikan ke dalam sitoplasma secara pinositosis, dan sisa yang tidak tercerna dikeluarkan dari sel. Cara inilah yang digunakan protozoa untuk memangsa bakteri. Pada kelompok Ciliata, ada organ mirip mulut di permukaan sel yang disebut sitosom. Sitosom dapat digunakan menangkap makanan dengan dibantu silia. Setelah makanan masuk ke dalam vakuola makanan kemudian dicernakan, sisanya dikeluarkan dari sel melalui sitopig yang terletak disamping sitosom.[2]

Adaptasi

Sebagai predator, mereka memangsa uniseluler atau berserabut ganggang, bakteri, dan microfungi. Protozoa memainkan peran baik sebagai herbivora dan konsumen di decomposer link dari rantai makanan. Protozoa juga memainkan peranan penting dalam mengendalikan populasi bakteri dan biomas. Protozoa dapat menyerap makanan melalui membran sel mereka, beberapa, misalnya amoebas, mengelilingi dan menelan makanan itu, dan yang lain lagi memiliki bukaan atau "mulut pori-pori" ke mana mereka menyapu makanan. Semua protozoa yang mencerna makanan di perut mereka seperti kompartemen disebut vakuola.
Sebagai komponen dari mikro-dan meiofauna, protozoa merupakan sumber makanan penting bagi microinvertebrates. Dengan demikian, peran ekologis protozoa dalam transfer bakteri dan ganggang produksi ke tingkat trophic berurutan adalah penting. Protozoa seperti parasit malaria (Plasmodium spp.), Dan Leishmania trypanosomes juga penting sebagai parasit dan symbionts dari hewan multisel.
Beberapa protozoa memiliki tahap kehidupan bolak-balik antara tahap proliferatif (misalnya trophozoites) dan kista aktif. Seperti kista, protozoa dapat bertahan hidup kondisi yang sulit, seperti terpapar ke suhu yang ekstrem dan bahan kimia berbahaya, atau waktu lama tanpa akses terhadap nutrisi, air, atau oksigen untuk jangka waktu tertentu. Menjadi spesies parasit kista memungkinkan untuk bertahan hidup di luar tuan rumah, dan memungkinkan mereka transmisi dari satu host ke yang lain. Ketika protozoa adalah dalam bentuk trophozoites (Yunani, tropho = untuk memberi makan), mereka secara aktif memberi makan dan tumbuh. Proses mana protozoa yang mengambil bentuk kista disebut encystation, sedangkan proses mentransformasikan kembali ke trophozoite disebut excystation.
Protozoa dapat mereproduksi dengan pembelahan biner atau beberapa fisi. Beberapa protozoa bereproduksi secara seksual, beberapa aseksual, sementara beberapa menggunakan kombinasi, (mis. Coccidia). Seorang individu protozoon adalah hermaphroditic.
Nama lain untuk protozoa adalah Acrita (R. Owen, 1861). Mereka dapat menyebabkan malaria atau disentri amuba.

Kelas Berdasarkan Alat Gerak

Protozoa dibagi menjadi 4 kelas berdasarkan alat gerak:
Rhizopoda (Sarcodina),alat geraknya berupa pseudopoda (kaki semu) Bergerak dengan kaki semu (pseudopodia)yang merupakan penjuluran protoplasma sel. Hidup di air tawar, air laut, tempat-tempat basah, dan sebagian ada yang hidup dalam tubuh hewan atau manusia.Jenis yang paling mudah diamati adalah Amoeba.Ektoamoeba adalah jenis Amoeba yang hidup di luar tubuh organisme lain (hidup bebas), contohnya Ameoba proteus, Foraminifera, Arcella, Radiolaria.Entamoeba adalah jenis Amoeba yang hidup di dalam tubuh organisme, contohnya Entamoeba histolityca, Entamoeba coli. [4]
  • Amoeba proteus memiliki dua jenis vakuola yaitu vakuola makanan dan vakuola kontraktil.
  • Entamoeba histolityca menyebabkan disentri amuba (bedakan dengan disentri basiler yang disebabkan Shigella dysentriae)
  • Entamoeba gingivalis menyebabkan pembusukan makanan di dalam mulut radang gusi (Gingivitis)
  • Foraminifera sp. fosilnya dapat dipergunakan sebagai petunjuk adanya minyak bumi. Tanah yang mengandung fosil fotaminifera disebut tanah globigerina.
  • Radiolaria sp. endapan tanah yang mengandung hewan tersebut digunakan untuk bahan penggosok.

Flagellata (Mastigophora),alat geraknya berupa flagel (bulu cambuk).Bergerak dengan flagel (bulu cambuk) yang digunakan juga sebagai alat indera dan alat bantu untuk menangkap makanan.Dibedakan menjadi 2 (dua), yaitu :
Fitoflagellata Flagellata autotrofik (berkloroplas), dapat berfotosintesis. Contohnya : Euglena viridis, Noctiluca milliaris, Volvox globator.Zooflagellata. [4]
Flagellata heterotrofik (Tidak berkloroplas).Contohnya : Trypanosoma gambiens, Leishmania Dibagi menjadi 2 kelompok, yaitu:
- Euglena viridis (makhluk hidup peralihah antara protozoadengan ganggang) - Volvax globator (makhluh hidup peralihah antara protozoa dengan ganggang) - Noctiluca millaris (hidup di laut dan dapat mengeluarkan cahaya bila terkena rangsangan mekanik)
- Trypanosoma gambiense & Trypanosoma rhodesiense. Menyebabkan penyakit tidur di Afrika dengan vektor (pembawa) Þ lalat Tsetse (Glossina sp.) Trypanosoma gambiense vektornya Glossina palpalis Þ tsetse sungai Trypanosoma rhodeslense vektornya Glossina morsitans Þ tsetse semak - Trypanosoma cruzl Þ penyakit chagas - Trypanosoma evansi Þ penyakit surra, pada hewan ternak(sapi). - Leishmaniadonovani Þ penyakit kalanzar - Trichomonas vaginalis Þ penyakit keputihan

Ciliata (Ciliophora),alat gerak berupa silia (rambut getar). Anggota Ciliata ditandai dengan adanya silia (bulu getar) pada suatu fase hidupnya, yang digunakan sebagai alat gerak dan mencari makanan. Ukuran silia lebih pendek dari flagel.Memiliki 2 inti sel (nukleus), yaitu makronukleus (inti besar) yang mengendalikan fungsi hidup sehari-hari dengan cara mensisntesis RNA, juga penting untuk reproduksi aseksual, dan mikronukleus (inti kecil) yang dipertukarkan pada saat konjugasi untuk proses reproduksi seksual. Ditemukan vakuola kontraktil yang berfungsi untuk menjaga keseimbangan air dalam tubuhnya. Banyak ditemukan hidup di laut maupun di air tawar. Contoh : Paramaecium caudatum, Stentor, Didinium, Vorticella, Balantidium coli .[4]
  • Paramaecium caudatum Þ disebut binatang sandal, yang memiliki dua jenis vakuola yaitu vakuola makanan dan vakuola kontraktil yang berfungsi untuk mengatur kesetimbangan tekanan osmosis (osmoregulator).
Memiliki dua jenis inti Þ Makronukleus dan Mikronukleus (inti reproduktif). Cara reproduksi, aseksual Þ membelah diri, seksual Þ konyugasi.
Sporozoa,adalah protozoa yang tidak memiliki alat gerak. Cara bergerak hewan ini dengan cara mengubah kedudukan tubuhnya. Pembiakan secara vegetatif (aseksual) disebut juga Skizogoni dan secara generatif (seksual) disebut Sporogoni.Marga yang berhubungan dengan kesehatan manusia Þ Toxopinsma dan Plasmodium.. Tidak memiliki alat gerak khusus, menghasilkan spora (sporozoid) sebagai cara perkembang biakannya. Sporozoid memiliki organel-organel kompleks pada salah satu ujung (apex) selnya yang dikhususkan untuk menembus sel dan jaringan inang.Hidupnya parasit pada manusia dan hewan.Contoh : Plasmodium falciparum, Plasmodium malariae,Plasmodium vivax. Gregarina. [4]
Jenis-jenisnya antara lain:

Referensi



Selasa, 08 Mei 2012

Protozoit Entamoeba Giardia lamblia


Protozoa yang termasuk dalam kelas Mastigofora (Flagellata) memiliki satu atau lebih flagel yang mempunyai peranan untuk bergerak. Berdasarkan tempat hidupnya maka Flagellata ini dapat dikelompokkan menjadi hemoflagellata yang berhabitat di dalam sistem peredaran darah dan jaringan, dan kelompok yang lain adalah flagellata usus, mulut dan genital. Termasuk dalam kelompok hemoflagellata di antaranya adalah genus Trypanosoma dan Leismania, sedangkan yang termasuk dalam kelompok flagellata usus adalah Chilomastix mesnili, Trichomonas hominis, Enteromonas hominis, Embadomonas intestinalis dan Giardia lamblia. Sedangkan Trichomonas tenax termasuk flagellata mulut dan Trichomonas vaginalis termasuk kelompok flagellata genital.
Gambar Morfologi Umum Flagellata
Flagellata yang berhabitat di usus, mulut dan genital ini umumnya mempunyai 2 macam bentuk, yaitu tropozoit dan kista, kecuali genus Trichomonas hanya memiliki bentuk tropozoit. Pada bentuk tropozoit, lebih dari satu flagel keluar dari blefaroplas. Tidak semua genus flagellata mempunyai undulating membrane. Bentuk inti tiap-tiap spesies flagellata mempunyai ciri khas. Reproduksi terjadi dengan cara membelah diri (binary fission). Dalam penularannya, bentuk kista flagellata merupakan bentuk yang infektif, dan untuk keperluan siklus hidupnya flagellata golongan ini hanya membutuhkan satu hospes (monoksen). Giardia lamblia dan Trichomonas vaginalis saja yang sampai saat ini dapat menimbulkan sakit pada manusia.

Giardia lamblia
Parasit ini di temukan oleh Antoni Van leuwenhoek (1681), sebagai mikro organisme yang bergerak-gerak didalam tinja, dan flagellata ini pertama kali di kenal serta dibahas oleh lambl (1859), dan diberinama “intestinalis“. Stiles (1915) memberikan nama baru, Giardia lambia, untuk menghormati Prof. A. Giard dari Paris dan Dr. Lambl dari Prague.
Manusia adalah hospes alamiah Giardia lamblia, selanjutnya spesies dan morfologi yang sama ditemukan pada berbagai hewan, penyakit yang di sebabkannya disebut Giardiasis, Lamblias, dengan distribusi geografik bersifat kosmolit dan lebih sering di temukan di daerah beriklim panas dari pada di daerah beriklim dingin, dan parasit ini juga di temukan di Indonesia.

Morfologi 
Giardia lamblia mempunyai bentuk tropozoit  dan   kista, dan hidup di duodenum dan di proksimal jejenum. Makanan diambil dari isi usus, meskipun parasit ini mungkin mendapat makanan dengan mempergunakan batil isapnya dari sel-sel epitel. Sedangkan cara berkembang biaknya dengan cara pembelahan mitosis selama terbentuk kista.
Bentuk tropozoit simetris berukuran 15 - 20  x  5 - 15  mikron  dan  rata-rata 14 x 7 mikron. Mempunyai 2 inti/nukleus (Nu) dan kariosome (k) letaknya ditengah-tengah, bagian dorsal bentuknya convex (cembung), bagian  ventral bentuknya mendatar dan  terdapat 2 buah alat pengisap (AD = Adhesive Disc;sucking dise), yang berfungsi sebagai alat melekatkan diri pada dinding mukosa. Pada bagian anteriornya terdapat blefaroplas, sitoplasma terdapat bintik-bintik halus, ujung posterior terdapat parabasal body (MB;Median Bodies). Mempunyai 4 pasang flagela (Fg), yang terdiri dari : 2 pasang cros lateral flagel (bagian anterior), sepasang uncros lateral flagel (tubuh bagian lateral), sepasang uncros flagela (terletak bagian posterior). Terdapat axonema (Ax;2 axonema).
Bentuk Kista berukuran 12 x 8 µ, dengan dinding tebal sebagai alat pelindung, sitoplasma granuler. Flagelanya masuk ke dalam costa dan costa yang mengandung flagela ini  disebut sebagai bristle, dan pada bagian  tengahnya  terdapat axonema. Mempunyai nukleus antara 2 - 4 buah
  
Siklus Hidup
Giardia lamblia tidak mempunyai hospes perantara dalam kelansungan hidupnya. Bentuk kista resisten yang bertanggung jawab terhadap penularan giardiasis.  Kista dan tropozoit dapat ditemukan dalam tinja (diagnostic stages) Œ(1).  Kista mampu bertahan pada air dingin samapai beberapa bulan.  Infeksi terjadi karena termakan kista yang terkontaminasi pada air, makanan atau langsung dari tangan ke mulut (hands or fomites) (2).  Dalam usus halus, terjadi proses ekskistasi menjadi tropozoit (tiap kista menghasilkan 2 tropozoit) (3).  Tropozoit membelah diri secara longitudinal binary fission kemudian berdiam dalam lumen di bagian proximal bowel dan menjadi bebas atau menyerang mukose dengan sucking disknya (4)�.  Proses inkistasi melalui rongga usus besar.  Kista umumnya ditemukan dalam tinja non-diarrheal(5).

   
Patologi dan Gejala Klinis
Dengan melekatnya parasit pada mukosa usus dapat menyebabkan peradangan kataral yang ringan. Dan kegiatan mekanik dan toksik menggangu penyerapan Vitamin A dan lemak. Giardiasis pada binatang tidak menyebabkan lesi, tukak yang luas di usus muda bagian proksimal pernah ditemukan pada autopsi seorang penderita dengan perjalanan penyakit yang tiba-tiba hebat. Kecendrungan gejala klinis yang di sebabkan oleh Giardiasis tidak ada (asymtomatik).




Pengobatan
Karena pengobatan dengan kuinakrin aman dan efektif, semua infeksi di obati secara rutin dengan dosis sebagai berikut :  Dewasa ; 100 mg x 3/hari selama 5 hari, Anak-anak; 8 mg/kg BB/hari selama 5 hari. Untuk pencegahan di ambil tindakan yang sama seperti yang di pakai untuk Entamoeba histolytica.


Chilomastix mesnilli
Flagellata yang tidak patogen ini mempunyai morfologi yang harus dibedakan dengan flagellata yang patogen. Chilomastix mesnili mempunyai tropozoit berbentuk buah pir dan kista.
Chilomastix  mesnilli berbentuk seperti   kerucut  dengan sebuah celah spiral. Biasanya dalam lapangan pandang mikroskop terlihat  bergerak  berputar-putar. Dalam lingkaran hidupnya parasit  ini mempunyai 2 bentuk stadium, yakni stadium  Tropo­zoit dan Kista.
Bentuk tropozoit seperti buah pir ( asimetris), ukuran 15 x 7 μ (rata-rata 12 μ) Yang  khas adalah bagian tubuh tengahnya terdapat  spiral groove yang mempunyai panjang 0,5 dari tubuhnya. Mempunyai 1 inti dan kariosome letaknya di tengah-tengah, sitoplasma letaknya dekat inti / nukleus, sitoplasma  terdapat bintik-bintik halus seperti Giardia lamblia dan membran inti tipis berbatas tegas. Terdapat  6  (enam) buah flagela  yang  letaknya :  2 buah flagella bebas di anterior, 2 buah flagella terletak di sekitar mulut, dan 2 buah flagella pada mulut
Kista berbentuk agak lonjong, berukuran 7 - 10 μ, dinding luar tebal dan tidak berwarna. Mempunyai 1 inti dan membran inti berkembang dengan  baik dan kariosome sentral atau lateral, sitostoma  dan sisa alat lokomotor atau  sitostoma masih ada.